Senin, 14 Agustus 2017

Beberapa perumpamaan terkait hubungan tasawuf dan syariat

Beberapa perumpamaan terkait hubungan tasawuf dan syariat

Separating yolk and white of the egg above metal bowl
Tasawuf adalah ilmu yang berusaha memadukan 4 tingkatan Islam (syariat, tarekat, hakikat dan makrifat). KH Jamaluddin Kafie pada bukunya berjudul “Tasawuf kontemporer” telah membuatkan kaitan  yang sesuai terhadap 4 tingkatan ilmu itu melalui perumpamaan tasawuf sebagai   tanaman, perjalanan dan telur
Tanaman
Kalau Tasawuf diibaratkan tanaman, maka pohon sebagai syariat. Thariqatnya adalah menyiram, memupuk dan memeliharanya dari benalu dan berbagai macam gangguan, agar menghasilkan buah hakikat. Berhasilnya orang yang menanam tanaman itu dapat mencicipi dan menikmati buah tanamannya tersebut itulah makrifat.
Perjalanan
Orang yang akan atau sedang melakukan perjalanan, ibaratnya sebuah kendaraan. Jalan raya yang harus dilalui merupakan syariat. Thariqat adalah jalan-jalan kecil sebagai jurusan yang akhirnya mengarah kepada terminal hakikat. Dari sinilah kemudian perjalanan dilanjutkan menuju ke tujuan akhir yaitu makrifat.
Telur
Kalau tasawuf disimbolkan berupa sebutir telur, maka kulit luarnya sebagai syariat, putih telurnya thariqat, sedangkan merah telur adalah hakikat dan inti dari merah telur sebagai makrifat.
Tidak ada telur tanpa kulit, sebagaimana tasawuf tanpa syariat. Bahkan kulit telur itu diupayakan jangan sampai retak, apalagi pecah. Jadi harus tetap utuh. Kalau tidak, maka seluruh isi telur itu akan membusuk dan tidak berguna lagi.
 Firman Allah : “Demikianlah Kami telah jadikan kamu berada di atas satu syariat tentang urusan agama ini, maka ikutilah syariat itu, dan janganlah kamu mengikuti kemauan orang-orang yang tidak mengetahui” (Aljatsiyah  : 18)
Imam Syafi’i R.a berkata: “Berusahalah engkau menjadi seorang yang mempelajari ilmu fiqih dan juga menjalani tasawuf, dan janganlah kau hanya mengambil salah satunya. Sesungguhnya demi Allah saya benar-benar ingin memberikan nasehat padamu.
Orang yang hanya mempelajari ilmu fiqih tapi tidak mau menjalani tasawuf, maka hatinya tidak dapat merasakan kenikmatan takwa. Sedangkan orang yang hanya menjalani tasawuf tapi tidak mau mempelajari ilmu fiqih, maka bagaimana bisa dia menjadi baik (ihsan)“.
Imam Malik Ra:, “Dia yang sedang Tasawuf tanpa mempelajari fikih rusak keimanannya , sementara dia yang belajar fikih tanpa mengamalkan Tasawuf rusaklah dia . Hanya siapa yang memadukan keduanya terjamin benar “.
Wallahu a’lam

Mursyid: arti, ciri dan cara belajar kepadanya

Mursyid: arti, ciri dan cara belajar kepadanya

30 Tahun 30 Hari Mencari Pohon Surga
Berbahagialah orang yang sudah menemukan guru pembimbing setingkat Mursyid. Dengan itu, seseorang dapat mudah mempelajari ilmu tasawuf termasuk ilmu Tarekat, Hakekat dan Makrifat.
Namun mendapatkan guru setingkat Mursyid ini ternyata tidaklah mudah. Oleh karena itu ada baiknya memahami dulu bagaimana seorang Mursyid itu terkait arti, karakteristik dan cara untuk mendapatkan ilmu darinya.
Pengertian Mursyid
Bila dipahami secara mendalam, bahwa belajar ilmu tiada salahnya kepada siapapun. Orang yang belajar ilmu Allah akan menyadari dirinya bodoh dan selalu tawadhu kepada Allah dan orang lain.
Kadangkala disadari kebenaran tidaklah selalu datang kepada orang yang berpangkat atau hebat, malah didapat dari orang awam biasa. Orang yang diberikan ilmu Allah bukan pada penampilan fisik berupa pangkat kekayaan namun Ilmu Allah hanya akan bersemayam kepada hamba yang memiliki hati iman dan selalu tawakal.
Sabda Nabi saw: Barang siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik, maka Allah akan memberikan kecerdasan pemahaman sebaik-baiknya dalam hal agama (HR Bukhari)
Diberikan atau tidaknya ilmu Allah kepada seseorang adalah hak Allah dan Allah yang menentukan sendiri bagaimana seseorang dapat menguasai ilmunya. Karena itu jelas ada orang yang dilebihkan atas hamba yang satu dengan lainnya terkait dengan penguasaan ilmu Allah dan disitulah Mursyid berada sebagai orang yang diberi kelebihan baik derajat dan kemuliaan terkait ilmu Allah Swt.
Ciri dan karakteristik seorang Mursyid
Karena itu untuk mendapatkan guru setaraf Mursyid tidaklah mudah, Allahlah yang menunjukkan sesuai kadar niat / kesungguhan dan tingkat keimanan seseorang serta ibadah yang dilakukannya. Beberapa ulama memberikan karakteristik sebagai berikut:
1. Sederhana, tidak selalu terkenal cenderung tersembunyi
Ulama Mursyid tidak selalu identik dengan ulama yang dikenal luas atau terkenal, malah kadang-kadang tempatnya terpencil dan posturnya sangat sederhana serta selalu tawadhu. Ada sebagian malah disembunyikan Allah. •
2. Ucapannya pasif tidak mau benar sendiri
Lalu kalimat yang terucap lebih banyak pasif, tidak pernah menunjuk dirinya saya atau aku apalagi mau benar sendiri semua karena Allah Swt dan ajarannya memberi kesejukan di hati.
3. Memiliki ilmu hikmah
Memiliki ilmu hikmah dalam artian mampu membaca ayat-ayat terkait ciptaan dan kejadian Allah yang terjadi di langit, bumi dan seisinya.
4. Mampu mengungkap rahasia Allah
Seorang Mursyid memiliki kemampuan mengungkap kerahasian Allah (terutama kalam Allah yang tidak beraksara dan bersuara). Dengan demikian ilmunya tidak selalu sarat periwayatan dan dalil-dalil yang panjang melainkan ringkas dan sederhana (mudah dicerna) yang semuanya merupakan kebenaran yang haq.
5, Suluk mungkin berbeda tapi intinya mengajak dekat kepada Allah.
Seorang Mursyid membawakan jalan/cara (suluk) kepada salik yang berbeda tidaklah selalu sama namun hakekatnya mengajak diri untuk lebih dekat kepada Allah.
6. Sebagai pewaris Nabi
Sebagai pewaris nabi biasanya memiliki silsilah atau keturunan kuat dan hanya diketahui diantara sesama Mursyid, sehingga ilmu ini terjamin kontinuitasnya selalu diturunkan antara mursyid yang satu dengan penerusnya dan itu dijamin tetap ada sepeninggal Nabi Saw atau hingga akhir zaman.
7. Memiliki karomah
Dalam masa perjuangan Mursyid setaraf aulia dan wali tidak pernah marasa takut dan gentar dengan karunia Allah berupa karomah yang dimilikinya
Firman Allah : Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.(QS Yunus : 62)
8. Mandiri tidak bergantung kepada orang lain
Mampu menghidupi dirinya sendiri dengan keyakinan yang kuat pada rezeki Allah sehingga tidak bergantung pada orang atau kelompok lain. Ini yang disebut Iffah, artinya dapat mencukupi dirinya dan memiliki keyakinan yang kuat akan rezeki Allah kepadanya.
Cara belajar kepadanya
Bila karakteristik ini ditemukan tetapkan dan niatkan untuk belajar kepadanya, niatkan untuk patuh kepadanya. Patuh adalah syarat atau adab untuk mendapatkan ilmu batin ini. Mursyid adalah orang yang dicintai Allah karena dengan mencintai orang yang dicintai Allah, maka Allah akan menyayangi kita.
Beberapa kisah kepatuhan luar biasa ditunjukkan Sunan Kalijaga, Sheik abdul Kadir Jaelani dan Imam Safi’i.
Hanya kepatuhan kepada Mursyid yang mampu melatih diri kita untuk kemudian patuh kepada Allah. Mursyidlah yang mengajarkan kita mampu membuka hijab pada diri kita dan kemampuan untuk memandang kebesaran dan keagungan Allah melalui untaian hikmah yang disampaikannya.
Wallahu ‘alam bisshowab

Tidak dikatakan seorang beriman kalau tidak diuji

Tidak dikatakan seorang beriman kalau tidak diuji

4
Sabda Nabi: Wahai anak Adam, barangsiapa yang tidak bersyukur atas nikmat dariKu dan tidak sabar dengan segala cobaan dariKu. Maka keluarlah kamu dari bumiKu ini dan carilah Tuhan selain Aku.
Sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada kita, hakikatnya merupakan salah satu sarana untuk mentarbiyah manusia agar menjadi manusia yang beriman, bertauhid dan berilmu.
Sebagaimana orang belajar untuk mendapatkan gelar sarjana atau kenaikan tingkat pendidikan haruslah dilakukan ujian dan harus dimiliki guru pembimbing. Begitu juga dalam proses mendapatkan  Tauhid, iman dan Ilmu Allah. Lalu siapa guru pembimbingnya sudah tentu adalah nabi Muhammad Saw.
Dalam hal ujian, Rasul sendiri menyatakan bahwa proses kenabian yang dijalani para nabi-nabi adalah yang terberat.
Sabda Nabi : Kami para nabi adalah yang paling berat diuji, sedangkan yang lainnya adalah sesuai dengan taraf mereka. 
Namun demikian  Tuhan meyakinkan bahwa ujian yang diturunkan kepada manusia adalah sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing orang. Tuhan mengajarkan untuk menghadapinya dengan menjadikan diri sabar dan shalat sebagai penolong.
Firman Allah : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir” (Albaqarah : 286)
Apakah setelah naik tingkat dan derajat lalu urusan selesai?
Firman Allah: ” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Alankabut :2 )
Naiknya derajat atau tingkatan tersebut bukan berarti urusan selesai, karena hidup ini adalah proses yang terus berlanjut. Semakin tinggi atau derajat seseorang maka semakin tinggi resiko yang akan dihadapinya. Ibarat seseorang dekat dengan raja, maka segala perbuatan dan prilakuanya harus mencerminkan loyalitasnya.
Karena itu harus terus waspada dan menjaga sopan santun kepada rajanya. Sedikit saja menyeleweng atau bersebrangan pendapat akan dinilai raja sebagai sikap yang menentang.
Firman Allah : Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Albaqarah 214).
Orang yang mencapai tahapan ini akan bersedih jika mendapatkan kemuliaan atau kebaikan dengan berucap istighfar  dan sebaliknya akan bergembira jika musibah datang menemuinya dengan mengucapkan hamdallah. Musibah yang datang akan disikapi dengan suka cita sebagai tetap adanya kasih sayang Allah kepada dirinya dan adanya kesempatan naik tingkat bila dapat melalui ujian musibah itu.
Sesuai Firman Allah :  Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Ali Imran 120)
Wallahu a’lam

Kebaikan rumah yang selalu dibacakan ayat Al Quran

Kebaikan rumah yang selalu dibacakan ayat Al Quran

 ibu1
Saat ini banyak rumah dihiasi dengan lukisan kaligrafi asma Allah di pojok-pojok rumahnya. Hal ini baik sebagai identitas kalau penghuninya adalah Muslim. Namun demikian ada yang lebih baik untuk menghias dan memakmurkan rumah yaitu,
  • pertama penghuninya banyak menyebut Asma Allah dalam tiap kesempatan, atau penghuninya rajin membacakan Al Quran,
  • kedua, penghuninya rajin untuk melakukan shalat didalam rumah itu.
Perumpamaan rumah didalamnya disebut nama Allah atau yang dibacakan ayat Al Quran dan yang tidak adalah seperti perumpamaan orang yang hidup dan orang yang yang mati. Rumah yang tidak dibacakan Al Quran diumpamakan sebagai kuburan.
Dari Imam Qurthubi. Ath Thabari berkata: Perbanyaklah membaca Al Quran di rumah, karena sesungguhnya rumah yang yang didalamnya disebut nama Allah atau rumah yang didalamnya dibacakan Al Quran akan menjadi luas bagi penghuninya dan banyak kebaikannya, akan didatangi oleh para maikat dan setan akan lari meninggalkannya.
Selanjutnya disampaikan : Makmurkan rumah kalian dengan menyebut nama Allah dan jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan carilah balasan darinya dengan shalat kalian, sesungguhnya rumah yang didalamnya disebutkan nama Allah akan bercahaya bagi penduduk langit sebagaimana cahayanya bintang bagi penduduk bumi.
Sabda Nabi : Sinarilah rumah kalian dengan membaca Al Quran. Carilah balasan dari rumah kalian dengan shalat kalian. Janganlah kalian menjadikannya kuburan sebagaimana telah dilakukan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sesungguhnya rumah yang didalamnya disebut nama Allah akan menyinari penduduk langit sebagaimana bintang menyinari penduduk bumi” (H R Abu Sufyan)
Selain dibacakan ayat suci Al Quran, hendaknya rumah juga mendapat bagian untuk dipakai shalat, walaupun keutamaan shalat itu dilakukan di masjid
Sabda Nabi : Apabila salah seorang diantara kalian mengerjakan shalat di masjidnya, maka hendaklah ia menjadikan rumahnya bagian untuk shalatnya. Sesungguhnya Allah menjadikan kebaikan didalam rumahnya karena shalatnya (H.R. Muslim)
Wallahu a’lam

Sifat-sifat malaikat dalam Al Quran

Sifat-sifat malaikat dalam Al Quran

malaikat sayap
Malaikat adalah makhluk  Allah yang paling setia, santun tidak pernah mendahului perkataan Allah, tugasnya hanya melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
Ciri Malaikat
Bagaimana ciri malaikat?,  sesuai Al Quran dan riwayat para sahabat disebutkan antara lain :
  1. Dalam surat Al Fathir:1) Firman Allah : bahwa mereka memiliki sayap yang yang jumlahnya berbeda-beda dan besarnya dan bentangan sayapnya juga luar biasa. (1)
  2. Dari Ibnu Mas’ud ra,  beliau mengatakan bahwasanya Nabi Saw melihat malaikat Jibril memiliki 600 sayap.” (HR Muslim) Dalam Hadis riwayat Ahmad dinyatakan bahwa satu sayap malaikat Jibril itu sudah bisa menutupi ufuk.
  3. Diriwayatkan dari Said bin Musayyib, beliau menyatakan bahwa para malaikat itu bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan, tidak minum, (2) tidak menikah dan tidak berketurunan. (3)
Sifat malaikat
Beberapa sifat Malaikat yang ada didalam Al Quran adalah :
1. Malaikat berdialog kepada Allah.
Allah juga memberikan karunia kepada Malaikat sehingga dapat berdialog dengan Allah. Banyak  dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana surat Al Baqarah : 30 (4).
Dalam surat itu, Malaikat menyangsikan penciptaan manusia yang hanya akan membuat kerusakan di muka bumi dan pertumpahan darah dan itu membuat murka Allah dan Allah berfirman bahwa Allah maha mengetahui apa tang malaikat tidak ketahui. Dalam berdialog kepada Allah itu, Malaikat  tidak pernah mendahului perkataanNya (5)
2. Malaikat berbicara pada manusia.
Malaikat juga berbicara dengan manusia baik pada saat dalam rupa aslinya atau pun ketika berwujud manusia. Ketika dalam wujud manusia, maka orang yang diajak bicara oleh malaikat pun bisa menyaksikan rupa malaikat tersebut.
Terkadang pula Nabi bisa melihat malaikat, namun para shahabat yang berada di sekelilingnya tidak bisa melihatnya. (6)
Malaikatpun berbicara dengan sesamanya, sebagaimana firman Allah dalam QS Saba’ ayat 23 (7)
3. Malaikat selalu berzikir dan bertasbih
Dalam berbuat demikian, malaikat  tiada keletihan  dan bosan melakukan itu. Hal ini sesuai dengan surat Al Anbiya : 20. (8) dan surat Fushilat 38 (9).
4. Malaikat juga merasakan kematian sebagaimana makhluk hidup lainnya (10)
5. Malaikat terjaga dari dosa.
Allah menciptakan para malaikat dan memberikan tugas besar untuk mereka. Oleh karena itu malaikat ma’shum (terjaga) dari tindak maksiat dan tidak sedikitpun durhaka kepada Allah, tugasnya hanyalah melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah semata. (11).
 6. Malaikat memiliki ilmu.
Allah juga membebani para malaikat dengan berbagai tugas di langit dan di bumi. Oleh karena itu tentu mereka memiliki ilmu berkenaan dengan tugas yang diberikan kepada mereka.(12) .
Dengan ilmunya mereka juga kerap berdialog dan berdebat dengan sesamanya mengenai putusan terkait amal perbuatan manusia yang diawasinya. (13)
Walaupun demikian Malikat dikenal solid dan digambarkan mereka bershaf-shaf dengan susunan yang rapi. (14)
7. Malaikat sebagai safarah, kiram dan bararah.
Malaikat sebagai safarah adalah sebagai  penghubung atau duta  antara Allah dan para Nabi dan RasulNya.
Malikat juga Kiram terkait ciri fisik mereka yang bagus mulia dan terpuji.Danmalaikat itu  bararah adalah akhlak dan perbuatan para malaikat itu suci dan sempurna. (15)
8. Malaikat sangat takut kepada Allah
Hal ini adalah sebagaimana digambarkan dalam surat  arra’du : 13 (16). Ada suatu riwayat dari Thabrani dalam Mu’jam Ausath dengan sanad yang hasan dari Jabir. Rasulullah bersabda,
“Pada saat malam Isra’ Mi’raj aku melewati Mala’ A’la (para malaikat) sedangkan Jibril bagaikan tikar karpet yang usang karena demikian takut kepada Allah.
9. Malaikat bersifat malu.
Rasa malu digambarkan dalam suatu riwayat sebagaimana Nabi bersabda mengenai Utsman,
“Tidakkah aku merasa malu terhadap seseorang (Utsman) yang para malaikat merasa malu terhadapnya. (HR Bukhari)
Wallahu a’lam
  1. Firman Allah : “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.”(QS Fathir: 1).
  2. Firman Allah “Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan”(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka.  (QS Adz-Dzariat: 27-28)
  3. Firman Allah : Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth”(QS Huud: 70).
  4. Firman Allah :  “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS al-Baqarah: 30).
  5. Firman Allah : Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan,mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al Anbiya 26-27)
  6. Diantara dalil hal tersebut adalah saat Nabi berkata kepada isterinya Aisyah, “Ini Malaikat Jibril, dia mengucapkan salam untukmu. Aisyah pun mengatakan engkau bisa melihat apa yang tidak bisa kami lihat.” (HR Bukhari dan Muslim).
  7. Pada saat menjelaskan ayat tersebut Aisyah mengatakan, “Sesungguhnya para malaikat turun ke awan, lalu menceritakan ketetapan yang sudah ditetapkan di langit.” Pembicaraan mereka ini kemudian dicuri oleh jin lalu disampaikan kepada para dukun.
  8. Firman Allah : “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya”(QS al-Anbiya: 20)
  9. Firman Allah “Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (QS Fushilat: 38).
  10. Firman Allah : ‘Janganlah kamu sembah di samping Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS al-Qashash: 88) dan Firman Allah : “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS Ar-Rahman: 26) dan Firman Allah : Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (al-Mukminun: 16).
  11. Allah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim: 6).
  12. Firman Allah : “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” (QS al-Baqarah: 32) dan
  13. Allah berfirman yang artinya: “Ini adalah suatu rombongan yang masuk berdesak-desak bersama kamu. Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.”(QS Shaad:69)
  14. Firman Allah : ‘Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf . Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih .” (QS as-Shaffat: 165-166). Dan Nabi bersabda: “Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Rabbnya?” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Rabbnya? Nabi bersabda, “Mereka menyempurnakan dan merapatkan shaf”(HR Muslim)
  15. Firman Allah : ‘Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf . Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih .” (QS as-Shaffat: 165-166). Dan Nabi bersabda: “Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Rabbnya?” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Rabbnya? Nabi bersabda, “Mereka menyempurnakan dan merapatkan shaf”(HR Muslim).

Kisah tentang berkahnya suatu prasangka baik

Kisah tentang berkahnya suatu prasangka baik

baik-sangka
Alkisah ada segerombolan perampok yang pekerjaannya merampok kafilah yang lewat. Ketika malam tiba, setelah mendapatkan hasil rampokan, mereka mencari rumah untuk menginap. Tibalah para perampok itu pada sebuah rumah di tepi hutan dan berkata kepada pemilik rumah: “Kami adalah rombongan yang akan berjihad di jalan Allah, kami kemalaman dan bermaksud menginap di rumahmu”.
Pemilik rumah kemudian segera membuka pintu, menyambut mereka dan  melayani mereka dengan baik. Hal itu dilakukan semata untuk memuliakan tamu dan mengharapkan berkah Allah dari tamunya itu.  Pemilik rumah memiliki seorang istri dan anak laki-laki yang lumpuh tidak dapat tegak berdiri.
Setelah menjamu rombongan perampok yang dikiranya tamu kehormatan itu, ia membereskan sisa jamuan dan sisa air kebelakang dan berkata kepada istrinya: “Basuhlah kaki anak kita dengan air ini, siapa tahu dia sembuh dengan keberkahan tamu tamu kita yang berjuang dijalan Allah”.
Si Istripun melaksanakan perintah suaminya. Besok paginya. kelompok perampok itu keluar menuju suatu tempat dan petang harinya mereka memutuskan untuk kembali kerumah itu. Ketika mereka masuk, mereka heran melihat anak yang kemarin dilihat lumpuh sekarang sudah normal dan bisa berjalan tegak.
Merekapun segera bertanya kepada pemilik rumah:” Apakah itu anakmu yang kemarin dalam keadaan lumpuh?. Ya kemarin aku mengambil sisa air bekas kalian, lalu aku membasuhkannya ke kaki anakku, sehingga atas perkenanNya anakku diberi kesembuhan karena berkah kalian”. jawab pemilik rumah.
Mendengar penjelasan si pemilik rumah, seketika rombongan perampok menangis dan berkata. “Ketahuilah bahwa kami bukan orang yang sedang berjihad di jalan Allah, tetapi kami ini perampok yang selalu mengganggu para kafilah di wilayah ini”.
Lanjutnya : “Kami menangis, karena walau kami perampok, Allah tetap memberikan keberkahan kepada kami dan dapat menyembuhkan anakmu dengan keikhlasan niatmu menjamu kami dan baiknya sangkaanmu kepada kami. Oleh karena itu, sekarang kami bertobat.
Maka bertobatlah para perampok tersebut. Dan sejak saat itu mereka berjihad di jalan Allah sampai meninggal dunia.
Wallahu a’lam

Arti kehilangan dan cara mengatasinya

Arti kehilangan dan cara mengatasinya

kehilangan
arti kehilangan
Kehilangan biasanya mengacu pada hilangnya benda berupa uang, harta atau sesuatu yang disayangi. Kehilangan juga dapat berupa orang yang dikasihi, baik orang tua, sanak saudara atau pasangan hidup kita. Kehilangan itu semua membawa kesedihan dan cenderung menyakitkan.
Disamping itu bila kehilangan tiap orang reaksinya berbeda-beda, kebanyakan adalah tidak terima dan berusaha dan penasaran untuk segera menemukannya kembali. Sebaiknya bila kehilangan bagusnya mengucap Innalillahi wa inna Ilaihi Rajiun.
Dengan mengucap kalimat ini saat kehilangan saya suka diledek kayak berucap ada kematian saja. Tetapi memang benar dari segi maknanya yaitu Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. 
Cara mengatasinya
1. Berucap  kalimat Allah Inna Lillahi wa inna ilaihi Rojiun. 
Dengan mengucap kalimat Allah itu, Kita mengakui tiada yang kita punya, mata, tangan, kaki dan harta memang bukan milik kita, termasuk anak bukan milik kita, kesadaran bahwa tidak ada yang kita miliki dan sesuatu pasti akan  kembali kepada pemiliknya.
Allah SWT berfirman dalam al-Quran,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
2. Mengingat-ingat waktu dan bagaimana kejadiannya
Setelah melalui tahapan pertama, bolehlah kemudian mengingat-ingat kejadian dan telusuri kemana barang / harta yang hilang itu. Langkah itu paling tidak dapat mengurangi sifat diri yang selalu bereaksi berlebihan dan berkeluh kesah bila kehilangan sesuatu.(1)
Bila seseorang kehilangan sesuatu lantas mengeluhkannya sesungguhnya ia kehilangan 2 hal secara langsung yaitu pertama, kerugian sebab kehilangan barang yang boleh jadi sangat dicintainya, kedua kerugian karena hilangnya kerelaan atau keridhoan atas benda yang hilang tadi.
3. Kalau sudah milik tidak akan kemana
Ungkapan ini kerap disampaikan orang bahwa dalam hal diri kehilangan sesuatu selalu berucap ” Kalau sudah milik tidak akan kemana”.
Ucapan ini benar adanya dan hendaknya dapat menjadikannya sebagai  bentuk keyakinan diri bahwa segala sesuatunya berlaku ketentuan Allah. Setiap manusia sudah dijamin Allah terkait rezekinya. Kesadaran ini harus dipupuk didalam hati bahwa rezeki yang sudah milik tidak akan lari, walau dalam perjalanan diserobot orang sekalipun, dia akan kembali diri kita.
Sesuatu yang telah menjadi milik kita pastilah bakal didapat, dan bila bukan milik kita apalagi dengan merebut dari orang lain dan dengan cara yang tidak baik, ya tunggu saja apalagi jika Allah tidak ridho, itu akan hilang dan bentuk dan besaran yang diambil paksa oleh Allah sehingga sering menyakitkan.
4. Selalu ridho
Dalam hal ini Nabi saw menganjurkan agar kita selalu ridha atas apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, supaya mutiara bisa kita dapatkan seiiring dengan kesabaran kita. Sebaiknya kita menjadikan kehilangan itu juga sebagai ketetapan Allah. Nabi saw juga menyatakan agar kita tidak mencintai sesuatu secara penuh dan membabi buta, sewajarnya saja sehingga bila kehilangan tidaklah begitu merana. (2)
5. Berupaya mencari pesan dibalik kehilangan
Dalam kehilangan daripada berkeluh kesah, lihatlah pesan dari kehilangan itu untuk introspeksi diri bahwa Allah selalu menginginkan miliknya itu digunakan dengan cara yang baik dan untuk keperluan yang baik.
Lalu sudahkan harta itu digunakan dengan baik dengan tidak melupakan haknya sebagian untuk dinafkahkan di jalan Allah?. Sebab penggunaan fasilitas dari sang Maha Pemberi pada jalan yang tidak dikehendaki akan menyebabkan dicabutnya rahmat dan kenikmatan yang sudah diperoleh.
6. Latihan sedekah  untuk mengurangi kecintaan akan harta
Jalan lain agar tidak sakit karena kehilangan adalah biasakanlah bersedekah dan berbuat kebaikan. Kenapa harus sedekah?. Karena dengan kebiasaan bersedekahlah kecintaan orang akan harta atau sifat kikir dapat dikurangi atau dileburkan. Dan tidak ada harta itu berkurang karena disedekahkan melainkan bertambah.
Amalan ini kan mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan kualitas kehidupan dan penghidupan. Setelah itu lanjutkan dengan zikir lisan dan hati. Jadi terbuktikan ternyata kehilangan itu dapat menjadi anugerah karena diri tergerak untuk melakukan segala aneka amal kebaikan setelah orang diberi sakit karena kehilangan. Dan yang awalnya tertimpa kesulitan berkata Astaghfirullah atau Innalillahi kemudian setelah mendapatkan berbagai anugerah berkata Alhamdulillah.
Dalam hal ini menjadi jelaslah bahwa bila diri jujur dan  obyektif bahwa kehilangan harta atau musibah itu belumlah seberapa dibanding kelapangan lain yang lebih nikmat yaitu hilangnya rahmat dan keberkahan dari Allah kepada diri.

(Terinspirasi dari buku Kun Fayakun, KH Yusuf Mansyur)
Wallahu a’lam
  1. Firman Allah : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (Al Maarij : 19-21).
  2. Sabda Nabi: Cintailah segala sesuatu didunia dengan segenap dan sepenuh hati, niscaya suatu saat  itu pasti akan meninggalkanmu. Hadis ini berasal dari ucapan Malaikat Jibril kepada nabi saw : Hai Muhammad hiduplah semaumu, kelak pasti engkau mati, Cintailah siapa saja, tetapi engkau pasti berpisah dengannya dan beramalah semaumu, pasti engkau akan mendapatkan balasannya.
  3. Firman Allah : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Ash-Sharh : 5-6)

Makloon Jahit Bandung: Solusi Terbaik untuk Bisnis Fashionmu!

 Hello Sobat IDkonveksi! Apakah kamu memiliki bisnis fashion namun kesulitan dalam proses produksi? Apakah kamu membutuhkan bantuan untuk me...