Senin, 14 Agustus 2017

Sifat-sifat malaikat dalam Al Quran

Sifat-sifat malaikat dalam Al Quran

malaikat sayap
Malaikat adalah makhluk  Allah yang paling setia, santun tidak pernah mendahului perkataan Allah, tugasnya hanya melaksanakan apa-apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
Ciri Malaikat
Bagaimana ciri malaikat?,  sesuai Al Quran dan riwayat para sahabat disebutkan antara lain :
  1. Dalam surat Al Fathir:1) Firman Allah : bahwa mereka memiliki sayap yang yang jumlahnya berbeda-beda dan besarnya dan bentangan sayapnya juga luar biasa. (1)
  2. Dari Ibnu Mas’ud ra,  beliau mengatakan bahwasanya Nabi Saw melihat malaikat Jibril memiliki 600 sayap.” (HR Muslim) Dalam Hadis riwayat Ahmad dinyatakan bahwa satu sayap malaikat Jibril itu sudah bisa menutupi ufuk.
  3. Diriwayatkan dari Said bin Musayyib, beliau menyatakan bahwa para malaikat itu bukan laki-laki dan bukan perempuan, tidak makan, tidak minum, (2) tidak menikah dan tidak berketurunan. (3)
Sifat malaikat
Beberapa sifat Malaikat yang ada didalam Al Quran adalah :
1. Malaikat berdialog kepada Allah.
Allah juga memberikan karunia kepada Malaikat sehingga dapat berdialog dengan Allah. Banyak  dalil yang menunjukkan hal ini sebagaimana surat Al Baqarah : 30 (4).
Dalam surat itu, Malaikat menyangsikan penciptaan manusia yang hanya akan membuat kerusakan di muka bumi dan pertumpahan darah dan itu membuat murka Allah dan Allah berfirman bahwa Allah maha mengetahui apa tang malaikat tidak ketahui. Dalam berdialog kepada Allah itu, Malaikat  tidak pernah mendahului perkataanNya (5)
2. Malaikat berbicara pada manusia.
Malaikat juga berbicara dengan manusia baik pada saat dalam rupa aslinya atau pun ketika berwujud manusia. Ketika dalam wujud manusia, maka orang yang diajak bicara oleh malaikat pun bisa menyaksikan rupa malaikat tersebut.
Terkadang pula Nabi bisa melihat malaikat, namun para shahabat yang berada di sekelilingnya tidak bisa melihatnya. (6)
Malaikatpun berbicara dengan sesamanya, sebagaimana firman Allah dalam QS Saba’ ayat 23 (7)
3. Malaikat selalu berzikir dan bertasbih
Dalam berbuat demikian, malaikat  tiada keletihan  dan bosan melakukan itu. Hal ini sesuai dengan surat Al Anbiya : 20. (8) dan surat Fushilat 38 (9).
4. Malaikat juga merasakan kematian sebagaimana makhluk hidup lainnya (10)
5. Malaikat terjaga dari dosa.
Allah menciptakan para malaikat dan memberikan tugas besar untuk mereka. Oleh karena itu malaikat ma’shum (terjaga) dari tindak maksiat dan tidak sedikitpun durhaka kepada Allah, tugasnya hanyalah melaksanakan apa yang menjadi perintah Allah semata. (11).
 6. Malaikat memiliki ilmu.
Allah juga membebani para malaikat dengan berbagai tugas di langit dan di bumi. Oleh karena itu tentu mereka memiliki ilmu berkenaan dengan tugas yang diberikan kepada mereka.(12) .
Dengan ilmunya mereka juga kerap berdialog dan berdebat dengan sesamanya mengenai putusan terkait amal perbuatan manusia yang diawasinya. (13)
Walaupun demikian Malikat dikenal solid dan digambarkan mereka bershaf-shaf dengan susunan yang rapi. (14)
7. Malaikat sebagai safarah, kiram dan bararah.
Malaikat sebagai safarah adalah sebagai  penghubung atau duta  antara Allah dan para Nabi dan RasulNya.
Malikat juga Kiram terkait ciri fisik mereka yang bagus mulia dan terpuji.Danmalaikat itu  bararah adalah akhlak dan perbuatan para malaikat itu suci dan sempurna. (15)
8. Malaikat sangat takut kepada Allah
Hal ini adalah sebagaimana digambarkan dalam surat  arra’du : 13 (16). Ada suatu riwayat dari Thabrani dalam Mu’jam Ausath dengan sanad yang hasan dari Jabir. Rasulullah bersabda,
“Pada saat malam Isra’ Mi’raj aku melewati Mala’ A’la (para malaikat) sedangkan Jibril bagaikan tikar karpet yang usang karena demikian takut kepada Allah.
9. Malaikat bersifat malu.
Rasa malu digambarkan dalam suatu riwayat sebagaimana Nabi bersabda mengenai Utsman,
“Tidakkah aku merasa malu terhadap seseorang (Utsman) yang para malaikat merasa malu terhadapnya. (HR Bukhari)
Wallahu a’lam
  1. Firman Allah : “Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap, masing-masing dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu.”(QS Fathir: 1).
  2. Firman Allah “Lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim lalu berkata: “Silahkan anda makan”(Tetapi mereka tidak mau makan), karena itu Ibrahim merasa takut terhadap mereka.  (QS Adz-Dzariat: 27-28)
  3. Firman Allah : Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth”(QS Huud: 70).
  4. Firman Allah :  “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS al-Baqarah: 30).
  5. Firman Allah : Dan mereka berkata: “Tuhan Yang Maha Pemurah telah mengambil (mempunyai) anak”, Maha Suci Allah. Sebenarnya (malaikat-malaikat itu), adalah hamba-hamba yang dimuliakan,mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-Nya. (Al Anbiya 26-27)
  6. Diantara dalil hal tersebut adalah saat Nabi berkata kepada isterinya Aisyah, “Ini Malaikat Jibril, dia mengucapkan salam untukmu. Aisyah pun mengatakan engkau bisa melihat apa yang tidak bisa kami lihat.” (HR Bukhari dan Muslim).
  7. Pada saat menjelaskan ayat tersebut Aisyah mengatakan, “Sesungguhnya para malaikat turun ke awan, lalu menceritakan ketetapan yang sudah ditetapkan di langit.” Pembicaraan mereka ini kemudian dicuri oleh jin lalu disampaikan kepada para dukun.
  8. Firman Allah : “Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya”(QS al-Anbiya: 20)
  9. Firman Allah “Jika mereka menyombongkan diri, maka mereka yang di sisi Tuhanmu bertasbih kepada-Nya di malam dan siang hari, sedang mereka tidak jemu-jemu.” (QS Fushilat: 38).
  10. Firman Allah : ‘Janganlah kamu sembah di samping Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS al-Qashash: 88) dan Firman Allah : “Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS Ar-Rahman: 26) dan Firman Allah : Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat. (al-Mukminun: 16).
  11. Allah berfirman yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim: 6).
  12. Firman Allah : “Mereka menjawab: “Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana .” (QS al-Baqarah: 32) dan
  13. Allah berfirman yang artinya: “Ini adalah suatu rombongan yang masuk berdesak-desak bersama kamu. Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.”(QS Shaad:69)
  14. Firman Allah : ‘Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf . Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih .” (QS as-Shaffat: 165-166). Dan Nabi bersabda: “Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Rabbnya?” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Rabbnya? Nabi bersabda, “Mereka menyempurnakan dan merapatkan shaf”(HR Muslim)
  15. Firman Allah : ‘Dan sesungguhnya kami benar-benar bershaf-shaf . Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih .” (QS as-Shaffat: 165-166). Dan Nabi bersabda: “Tidakkah kalian bershaf sebagaimana para malaikat membuat barisan di sisi Rabbnya?” Para shahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah shaf yang dibuat oleh para malaikat di sisi Rabbnya? Nabi bersabda, “Mereka menyempurnakan dan merapatkan shaf”(HR Muslim).

Kisah tentang berkahnya suatu prasangka baik

Kisah tentang berkahnya suatu prasangka baik

baik-sangka
Alkisah ada segerombolan perampok yang pekerjaannya merampok kafilah yang lewat. Ketika malam tiba, setelah mendapatkan hasil rampokan, mereka mencari rumah untuk menginap. Tibalah para perampok itu pada sebuah rumah di tepi hutan dan berkata kepada pemilik rumah: “Kami adalah rombongan yang akan berjihad di jalan Allah, kami kemalaman dan bermaksud menginap di rumahmu”.
Pemilik rumah kemudian segera membuka pintu, menyambut mereka dan  melayani mereka dengan baik. Hal itu dilakukan semata untuk memuliakan tamu dan mengharapkan berkah Allah dari tamunya itu.  Pemilik rumah memiliki seorang istri dan anak laki-laki yang lumpuh tidak dapat tegak berdiri.
Setelah menjamu rombongan perampok yang dikiranya tamu kehormatan itu, ia membereskan sisa jamuan dan sisa air kebelakang dan berkata kepada istrinya: “Basuhlah kaki anak kita dengan air ini, siapa tahu dia sembuh dengan keberkahan tamu tamu kita yang berjuang dijalan Allah”.
Si Istripun melaksanakan perintah suaminya. Besok paginya. kelompok perampok itu keluar menuju suatu tempat dan petang harinya mereka memutuskan untuk kembali kerumah itu. Ketika mereka masuk, mereka heran melihat anak yang kemarin dilihat lumpuh sekarang sudah normal dan bisa berjalan tegak.
Merekapun segera bertanya kepada pemilik rumah:” Apakah itu anakmu yang kemarin dalam keadaan lumpuh?. Ya kemarin aku mengambil sisa air bekas kalian, lalu aku membasuhkannya ke kaki anakku, sehingga atas perkenanNya anakku diberi kesembuhan karena berkah kalian”. jawab pemilik rumah.
Mendengar penjelasan si pemilik rumah, seketika rombongan perampok menangis dan berkata. “Ketahuilah bahwa kami bukan orang yang sedang berjihad di jalan Allah, tetapi kami ini perampok yang selalu mengganggu para kafilah di wilayah ini”.
Lanjutnya : “Kami menangis, karena walau kami perampok, Allah tetap memberikan keberkahan kepada kami dan dapat menyembuhkan anakmu dengan keikhlasan niatmu menjamu kami dan baiknya sangkaanmu kepada kami. Oleh karena itu, sekarang kami bertobat.
Maka bertobatlah para perampok tersebut. Dan sejak saat itu mereka berjihad di jalan Allah sampai meninggal dunia.
Wallahu a’lam

Arti kehilangan dan cara mengatasinya

Arti kehilangan dan cara mengatasinya

kehilangan
arti kehilangan
Kehilangan biasanya mengacu pada hilangnya benda berupa uang, harta atau sesuatu yang disayangi. Kehilangan juga dapat berupa orang yang dikasihi, baik orang tua, sanak saudara atau pasangan hidup kita. Kehilangan itu semua membawa kesedihan dan cenderung menyakitkan.
Disamping itu bila kehilangan tiap orang reaksinya berbeda-beda, kebanyakan adalah tidak terima dan berusaha dan penasaran untuk segera menemukannya kembali. Sebaiknya bila kehilangan bagusnya mengucap Innalillahi wa inna Ilaihi Rajiun.
Dengan mengucap kalimat ini saat kehilangan saya suka diledek kayak berucap ada kematian saja. Tetapi memang benar dari segi maknanya yaitu Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jualah kami kembali. 
Cara mengatasinya
1. Berucap  kalimat Allah Inna Lillahi wa inna ilaihi Rojiun. 
Dengan mengucap kalimat Allah itu, Kita mengakui tiada yang kita punya, mata, tangan, kaki dan harta memang bukan milik kita, termasuk anak bukan milik kita, kesadaran bahwa tidak ada yang kita miliki dan sesuatu pasti akan  kembali kepada pemiliknya.
Allah SWT berfirman dalam al-Quran,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.  (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”.” (QS. Al-Baqarah: 155-156).
2. Mengingat-ingat waktu dan bagaimana kejadiannya
Setelah melalui tahapan pertama, bolehlah kemudian mengingat-ingat kejadian dan telusuri kemana barang / harta yang hilang itu. Langkah itu paling tidak dapat mengurangi sifat diri yang selalu bereaksi berlebihan dan berkeluh kesah bila kehilangan sesuatu.(1)
Bila seseorang kehilangan sesuatu lantas mengeluhkannya sesungguhnya ia kehilangan 2 hal secara langsung yaitu pertama, kerugian sebab kehilangan barang yang boleh jadi sangat dicintainya, kedua kerugian karena hilangnya kerelaan atau keridhoan atas benda yang hilang tadi.
3. Kalau sudah milik tidak akan kemana
Ungkapan ini kerap disampaikan orang bahwa dalam hal diri kehilangan sesuatu selalu berucap ” Kalau sudah milik tidak akan kemana”.
Ucapan ini benar adanya dan hendaknya dapat menjadikannya sebagai  bentuk keyakinan diri bahwa segala sesuatunya berlaku ketentuan Allah. Setiap manusia sudah dijamin Allah terkait rezekinya. Kesadaran ini harus dipupuk didalam hati bahwa rezeki yang sudah milik tidak akan lari, walau dalam perjalanan diserobot orang sekalipun, dia akan kembali diri kita.
Sesuatu yang telah menjadi milik kita pastilah bakal didapat, dan bila bukan milik kita apalagi dengan merebut dari orang lain dan dengan cara yang tidak baik, ya tunggu saja apalagi jika Allah tidak ridho, itu akan hilang dan bentuk dan besaran yang diambil paksa oleh Allah sehingga sering menyakitkan.
4. Selalu ridho
Dalam hal ini Nabi saw menganjurkan agar kita selalu ridha atas apapun yang terjadi dalam kehidupan ini, supaya mutiara bisa kita dapatkan seiiring dengan kesabaran kita. Sebaiknya kita menjadikan kehilangan itu juga sebagai ketetapan Allah. Nabi saw juga menyatakan agar kita tidak mencintai sesuatu secara penuh dan membabi buta, sewajarnya saja sehingga bila kehilangan tidaklah begitu merana. (2)
5. Berupaya mencari pesan dibalik kehilangan
Dalam kehilangan daripada berkeluh kesah, lihatlah pesan dari kehilangan itu untuk introspeksi diri bahwa Allah selalu menginginkan miliknya itu digunakan dengan cara yang baik dan untuk keperluan yang baik.
Lalu sudahkan harta itu digunakan dengan baik dengan tidak melupakan haknya sebagian untuk dinafkahkan di jalan Allah?. Sebab penggunaan fasilitas dari sang Maha Pemberi pada jalan yang tidak dikehendaki akan menyebabkan dicabutnya rahmat dan kenikmatan yang sudah diperoleh.
6. Latihan sedekah  untuk mengurangi kecintaan akan harta
Jalan lain agar tidak sakit karena kehilangan adalah biasakanlah bersedekah dan berbuat kebaikan. Kenapa harus sedekah?. Karena dengan kebiasaan bersedekahlah kecintaan orang akan harta atau sifat kikir dapat dikurangi atau dileburkan. Dan tidak ada harta itu berkurang karena disedekahkan melainkan bertambah.
Amalan ini kan mempercepat proses penyembuhan dan peningkatan kualitas kehidupan dan penghidupan. Setelah itu lanjutkan dengan zikir lisan dan hati. Jadi terbuktikan ternyata kehilangan itu dapat menjadi anugerah karena diri tergerak untuk melakukan segala aneka amal kebaikan setelah orang diberi sakit karena kehilangan. Dan yang awalnya tertimpa kesulitan berkata Astaghfirullah atau Innalillahi kemudian setelah mendapatkan berbagai anugerah berkata Alhamdulillah.
Dalam hal ini menjadi jelaslah bahwa bila diri jujur dan  obyektif bahwa kehilangan harta atau musibah itu belumlah seberapa dibanding kelapangan lain yang lebih nikmat yaitu hilangnya rahmat dan keberkahan dari Allah kepada diri.

(Terinspirasi dari buku Kun Fayakun, KH Yusuf Mansyur)
Wallahu a’lam
  1. Firman Allah : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (Al Maarij : 19-21).
  2. Sabda Nabi: Cintailah segala sesuatu didunia dengan segenap dan sepenuh hati, niscaya suatu saat  itu pasti akan meninggalkanmu. Hadis ini berasal dari ucapan Malaikat Jibril kepada nabi saw : Hai Muhammad hiduplah semaumu, kelak pasti engkau mati, Cintailah siapa saja, tetapi engkau pasti berpisah dengannya dan beramalah semaumu, pasti engkau akan mendapatkan balasannya.
  3. Firman Allah : Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Ash-Sharh : 5-6)

Memahami Takdir dan Nasib

Memahami Takdir dan Nasib

takdir-bisa-diubah_20150426_143805
Perkara ini adalah hal yang sangat sulit, dan karenanya bila benar hanya datang dari Allah, jika salah mestinya dari kebodohan saya semata.
Dalam perihal takdir, sesuai peristiwa Awalin kejadian manusia, bahwa manusia sebelum diturunkan kedunia telah ditetapkan 4 takdirnya yaitu rezeki, jodoh, ajal, bahagia dan celakanya. 4 hal ini murni rahasia Allah.
Dipihak lain dalam perihal Nasib Allah memberikan keleluasaan dan kebebasan untuk manusia untuk merubah nasibnya sesuai dengan kadar kemampuan yang dimilikinya.
Dari 2 pengertian ini, yang pertama  terdapat unsur kepasrahan (Fatalisme) untuk manusia agar selalu mengikuti ketetapanNya, Tuhan sebagai obyek dan manusia sebagai Subyek. Sementara pengertian kedua mengacu dengan diberikannya manusia akal dan pikiran sehingga diberi daya atau kemampuan untuk merubah nasibnya. Dalam hal ini manusia diberi subyek, namun sebagai subyek fana.(terbatas)
Lalu bagaimana penerapannya? Secara sederhana menjadi demikian:
Rezeki : Allah menetapkan rezeki kepada makhluknya tak terkecuali burung-burung dan binatang melata yang bergerak lambat sekalipun mendapatkannya. Takdirnya manusia itu juga demikian pasti mendapat rezeki, hanya mengenai banyak tidaknya seseorang mendapatkan  rezeki itu adalah bagaimana nasibnya manusia sendiri mengusahakannya.
Jodoh : Alah menjadikan segala sesuatunya berpasangan termasuk laki-laki dan wanita, agar dapat saling kenal mengenal dan menjadikan tentram antara satu sama lainnya yang diikat dengan perkawinan. Takdirnya manusia itu untuk mendapatkan jodoh, namun soal mendapatkan pasangan yang baik atau tidaknya (sholeh atau sholehah) atau kapan waktunya adalah tergantung nasibnya dalam mengupayakannya.
Ajal / maut: Ajal/maut bila datang tidak dapat ditangguhkan waktunya atau dimajukan walau sedetikpun. Takdirnya manusia itu pasti menemui ajalnya, namun soal kapan waktunya dicabut / ajalnya itu dalam keadaan baik (husnul khotimah) atau buruk (su’ul khotimah) adalah bagaimana nasibnya dalam mengikhtiarkannya.
Bahagia dan Celaka : Takdirnya manusia adalah mendapatkan bahagia dan celaka, namun soal mana yang lebih banyak datang bahagia atau celakanya tergantung pada nasib manusia mengupayakannya. Tidak ada  bahagia dan celaka ditimpakan oleh Allah  kecuali atas IzinNya. Sabda Nabi: “Tidaklah setiap kejadian dan peristiwa yang dialami seseorang kecuali atas izin Allah (HR Attirmidzi dan Ibnu Hibban)
Dalam hal mengatasi ketentuan takdir ke 4, ada beberapa  referensi ayat dan hadis yang menyatakan  bahwa doa, sedekah, tobat dan perbuatan baik  mampu menolakkan takdir yang buruk yaitu:
  • Doa seorang hamba dapat menolak bencana sebagaimana Sabda Nabi saw: “Barangsiapa hatinya terbuka untuk berdo’a, maka pintu-pintu rahmat akan dibukakan untuknya. Tidak ada permohonan yang lebih disenangi oleh Allah daripada permohonan orang yang meminta keselamatan. Sesungguhnya do’a bermanfa’at bagi sesuatu yang sedang terjadi dan yang belum terjadi. Dan tidak ada yang bisa menolak taqdir kecuali do’a, maka berpeganglah wahai hamba Allah pada do’a”. (HR Attirmidzi dan Hakim).
  • Sedekah dapat menolak murka Allah seperti Nabi bersabda saw : “Obatilah orang-orang yang sakit dari kalian dengan sedekah. Sesungguhnya sedekah itu dapat meredam murka Allah, dan menolak kematian yang buruk” (HR Tirmidzi). Nabi juga bersabda, al-shadaqah tadfa’ul bala’ (sedekah itu meredam bencana).
  • Orang yang selalu bertobat sebagaimana Firman Allah : Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun (Al Anfal: 33).
  • Dengan perbuatan baik sebagaimana Firman Allah : Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula) (Arrahman : 60)
Wallahu a’lam

Tafakur: arti, macam dan faedahnya

Tafakur: arti, macam dan faedahnya

tafakur
Kata-kata tafakur berulangkali disebutkan kala Allah menjelaskan mengenai suatu penciptaan atau kejadian dalam ayat-ayatNya. Tafakur artinya berfikir, merenungkan akan sesuatunya.
Ali Bin Abi Thalib berkata : Tiada ibadah yang sepadan dengan tafakur
Beberapa ulama makrifat berkata : Tafakur adalah pelita hati, jika tafakur hilang pada diri seseorang, maka hilanglah pelita hatinya.
Tafakur juga tidak sekedar tafakur, karena menurut Sheikh Nawawi al Bantani dalam kitab Nashaihul Ibad, ada tafakur yang sangat bernilai di mata Allah. Tafakur yang demikian pada garis besarnya terbagi dalam 5 macam yaitu :
1. Tafakur tentang ayat-ayat Allah, melahirkan tauhid dan keyakinan kepada Allah.
Tafakur akan ayat-ayat Allah adalah tafakur tentang ciptaan Allah yang menakjubkan dan tentang bukti-bukti kekuasanNya. Baik yang ghaib maupun yang tidak yang semuanya terbentang di langit dan dibumi. Diantara ciptaan Allah yang menakjubkan adalah manusia itu sendiri
Firman Allah : Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin. dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan? (Adhariyat: 20-21)
2.  Tafakur tentang nikmat-nikmat Allah, melahirkan rasa cinta dan syukur kepada Allah
Tafakur akan nikmat faedahnya adalah agar kamu beruntung, dapat mengambil nasehatNya dan kepada Allahlah tempat meminta pertolongan.
Firman Allah: Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu? Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan.(Al A’taf : 69)
Firman Allah : Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasehatku jika aku hendak memberi nasehat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu, Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”.(Ibrahim :34)
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan.(Annahl:53)
3. Tafakur tentang janji-janji Allah, melahirkan rasa cinta kepada akhirat.
Tafakur kepada janji-janji Allah faedahnya adalah selalu diberikan jalan-jalan yang mudah, merubah ketakutan menjadi aman sentausa dan mengantarkan orang mukmin ke syurga..
Firman Allah : Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa,dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.(AlLail : 5-7)
Firman Allah : Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.(Annur : 55)
Firman Allah : Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, (Al Infithar 13)
4. Tafakur terhadap ancaman Allah melahirkan sikap waspada terhadap perbuatan dosa
Tafakur akan ancaman Allah faedahnya adalah mengingatkan untuk tidak durhaka sehingga mendapatkan balasan neraka. Orang durhaka mengira Allah menganiaya mereka, padahal mereka yang menganiaya diri mereka sendiri.
Firman Allah : dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.(al Infithar :14).
Firman Allah : Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.(Al ankabut:40)
5. Tafakur tentang kekurangan diri dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah, melahirkan rasa takut kepada Allah.
Sementara itu tafakur akan kekurangan diri faedahnya adalah mengetahui asal, fungsi dan tujuan manusia diciptakan, mengetahui bahwa Allah mengetahui segala sesuatu, munculnya rasa malu dan sifat zuhud, cinta akhirat dan mengingat mati
Firman Allah : Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?(Al Mukminun 115)
Firman Allah : Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (Qaf : 16)
Firman Allah : Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.(Al A’la :16-17)

Sifat wara’: arti, ciri dan keutamaannya

Sifat wara’: arti, ciri dan keutamaannya

657xauto-cobalah-jalan-jalan-di-hutan-dan-rasakan-7-manfaat-dahsyat-ini-150608c
Pengertian wara’
Prinsip dasar wara’ adalah sifat yang berisi  kehati-hatian yang luar biasa dan tidak adanya keberanian untuk mendekati sesuatu yang bersifat haram, termasuk juga hal-hal yang sifatnya ragu-ragu atau subhat.
Dan dalam hal ini, Nabi Saw bersabda:
Sesungguhnya yang halal dan yang haram itu jelas. Dan di antara keduanya banyak hal-hal syubhat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjaga diri dari hal-hal yang syubhat maka ia telah membersihkan agama dan kehormatannya.
Wara’ membawa ketenangan hati
Imam al-Bukhari ra mengutip perkataan Hasan bin Abu Sinan ra: ‘Tidak ada sesuatu yang lebih mudah dari pada sifat wara’: “Tinggalkanlah sesuatu yang meragukanmu kepada sesuatu yang tidak meragukanmu. Begitu juga terhadap hal dimana hati mengingkarinya sesuai Ibnu ‘Asakir ra:“Sesuatu yang diingkari hatimu, maka tinggalkanlah.
Terkait dengan gerak hati ini, Nabi Saw bersabda:
Kebaikan adalah sesuatu yang jiwa merasa tenang dan hati merasa tenteram kepadanya, sedangkan dosa adalah sesuatu yang jiwa tidak merasa tenang dan hati tidak merasa tenteram kepadanya, sekalipun orang-orang memberikan berbagai komentar kepadamu.
Orang-orang yang memiliki kedudukan yang tinggi selalu bersikap preventif dengan berhati-hati dari sebagian yang halal yang bisa membawa kepada sesuatu yang makruh atau haram.
Diriwayatkan dari Rasulullah, beliau bersabda: “Seorang hamba tidak bisa mencapai derajat taqwa sehingga ia meninggalkan yang tidak dilarang karena khawatir dari sesuatu yang dilarang.”
Sifat wara’ dan keutamaan menjaga lisan
Sifat wara’ juga menyangkut  hubungan mu’amalah, utamanya soal lisan. Ishaq bin Khalaf ra memandang sikap wara` dalam ucapan lebih utama daripada sikap wara` dalam hubungan yang berkaitan dengan harta, di mana dia berkata: ‘Wara’ dalam tuturan kata lebih utama daripada emas dan perak.
Di antara renungan Ibnu al-Qayyim ra dalam hadits-hadits Rasulullah, dia menyatakan bahwa sesungguhnya: ‘Rasulullah  mengumpulkan semua sifat wara’ dalam satu kata, maka beliau bersabda:
Termasuk tanda baik keislaman seseorang, ia meninggalkan hal-hal yang tidak penting baginya.”         
Sifat wara’ menjadikan diri selalu terjaga
Dan di antara hasil yang nampak bagi sikap wara’ bahwa ia memelihara pelakunya dari terjerumus (dalam hal yang dilarang), karena itulah engkau menemukan: Barangsiapa yang melakukan yang dilarang, ia menjadi gelap hati karena tidak ada cahaya wara’, maka ia terjerumus dalam hal yang haram, kendati ia tidak memilih untuk terjerumus padanya.
Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Hajar ra dan’Aisyah ra berkata tentang Zainab ra, di mana ia menjaga pendengaran dan penglihatannya dari terjerumus dalam perkara yang ia tidak mengetahui: ‘Maka Allah  menjaganya dengan sifat wara’.    
Maka dengan demikian  wara’ merupakan :
  • kedudukan ibadah yang tertinggi:”Jadilah orang yang wara’ niscaya engkau menjadi manusia paling beribadah.”  Dan
  • agama yang paling utama adalah sikap wara’:”Sebaik-baik agamamu adalah sikap wara’

Dendam: sifat, ciri dan akibatnya

Dendam: sifat, ciri dan akibatnya

dendam
Dalam sebuah Hadis, Rasulullah s.a.w. telah bersabda:
“Sebaik-baik anak Adam, ialah orang yang lambat marahnya dan segera pula reda bila sudah marah, dan sejahat-jahat anak Adam yang lekas marahnya dan lambat pula reda marah itu.”
Al Gazali berkata: Ketahuilah kemarahan itu apabila tetap meluap-luap karena memang tidak dapat melenyapkannya seketika, maka ia masuk kedalam hati dan terus bergejolak dalam hati, sehingga akhirnya menjadi dendam.
Dengan demikian pengertian dendam adalah sebagai akibat marah yang dipelihara, berkesinambungan dan yang melakukan perbuatan ini akan menghanguskan amal atau pahala seseorang dan kesengsaraan bagi dirinya berupa ketidaktenangan dan ketidaktentraman hidup. Karena seseorang yang menaruh dendam dan sakit hati, akan membiarkan perasaan-perasaan negatif memenuhi hati menjadikan diri tidak tenang, tersiksa yang dipenuhi rasa marah,  benci dan berakibat serta mendorong timbulnya penyakit.
Dendam sudah berwujud pada tindakan untuk membalas orang lain yang menjadi kebencian dan kedengkiannya. Bila dendam ini menyangkut dua pihak dan jika dibiarkan maka akan melahirkan sikap permusuhan yang tiada habisnya, saling membalas, saling mencari sekutu sehingga menjadi konflik terbuka.
Bila dilakukan dendam itu dengan orang yang lebih lemah, itu akan berwujud tindakan semena-mena, apapun akan dipandang jelek baginya, suka mengejek dan mentertawakan, membuka aibnya, meniadakan dan menghasut orang lain untuk mengikuti membencinya sehingga cenderung menjadi tindakan aniaya.
Bila sebaliknya dihadapkan pada pihak yang sepadan atau lebih kuat, sangat mungkin terjadi tindakan saling balas, saling mengambil kesempatan untuk melepas kebencian, melepaskan intrik, konspirasi untuk saling menghancurkan. Lamanya dendam serupa ini juga tidak jelas kapan redanya, bila masing-masing pihak merasa benar, tidak ada yang mau mengalah dan memaafkan, maka dendam akan lama bahkan dapat berlangsung dari generasi ke generasi.
Bila sudah berkobar menjadi konflik terbuka, bila tidak segera ditangani,  maka akan  sulit ditelaah dimana duduk persoalannya, karena menjadi tidak sangat jelas lagi mana yang harus dibela dan ditentang, karena semua akan merasa dirinya yang paling benar. Dan konflik ini tidak jarang dapat membawa korban tidak saja yang saling dendam tetapi dapat menyeret orang lain.
Karena itu Islam sangat memperhatikan gejolak ini, termasuk dampak jelek terjadinya dendam terutama didalam kehidupan bermasyarakat. Islam tidak menginginkan umatnya menjadi pendendam, walaupun kepada orang kafir sekalipun. 
Sabda Nabi saw: Orang mukmin itu bukanlah pendendam. Allah tidak menghendaki umatnya sebagai pendendam, melainkan menghendaki hamba-hamba-Nya  menjadi pemaaf. Firman Allah :Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.(Al Araf: 199)
Dendam juga pernah merasuki khalifah Abu bakar ra, yang bersumpah untuk tidak lagi menolong saudaranya, karena kesalahan yang dibuat saudaranya itu. Akibat perbuatan itu, turunlah ayat Allah yang meminta Abu Bakar ra agar mengutamakan kekeluargaan daripada memperturutkan dendam.
Firman Allah: Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Annur: 22)
Rasa benci dan amarah yang ada di dalam hati, hendaklah ditahan untuk tidak dilampiaskan pada waktu yang lain. Dalam kaitan ini terlihat tindakan melupakan dendam sebagai sifat yang lemah, namun sebaliknya adalah kuat dan cermin jiwa yang besar dalam artinya mampu mengikuti akal sehatnya bahwa dendam tiada lain hanya akan menggerogoti diri dan merugikan orang lain jika dibiarkan.
Orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain tiada lain balasannya kecuali kemuliaan di sisiNya. Memang memaafkan orang yang pernah berbuat zalim atau dendam kepada diri merupakan perbuatan yang sangat berat, namun bila dilaksanakan itu sangat menenangkan hati.
Orang yang memiliki dendam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Terdapat rasa benci dalam hati terhadap orang yang didendami
  2. Merasa tidak senang jika orang yang didendami mendapat suatu kebahagiaan atau kenikmatan
  3. Merasa senang jika orang yang didendami mendapat kesengsaraan, musibah atau cobaan
  4. Adanya keinginan untuk berbuat jahat atau membalas kejahatan terhadap orang yang didendami
  5. Mempengaruhi orang lainuntuk mencelakakan atau menjauhi orang yang didendami.
Karena itu dendam membahayakan diri sendiri diantaranya : menghilangkan ketenangan jiwa, membatasi pergaulan karena berusaha menjauhi atau meniadakan orang yang didendaminya, menjauhkan silaturahmi, sebagai sumber perselisihan dan permusuhan, selalu marah bila orang lain menceritakan kebaikan orang yang didendaminya, munculnya penyakit hati yang lain iri, suka mengumpat, membohongi, membuka aib orang lain dan fitnah, menimbulkan penyesalan dikemudian hari dan yang jelas mendapat murka Allah.
Wallahu a’lam

Makloon Jahit Bandung: Solusi Terbaik untuk Bisnis Fashionmu!

 Hello Sobat IDkonveksi! Apakah kamu memiliki bisnis fashion namun kesulitan dalam proses produksi? Apakah kamu membutuhkan bantuan untuk me...