Senin, 14 Agustus 2017

Kisah haji 7 : menolak sahabat sendiri

Kisah haji 7 : menolak sahabat sendiri

maktab haji
Sebagai diplomat pada kementerian luar negeri RI, kami memiliki kesempatan yang lebih baik berupa kemudahan untuk melaksanakan haji dengan lebih mudah dan tidak perlu mengantri tahunan seperti di tanah air.Pada saat penempatan saya di Tunisia, pada awal tahun 2005, saya dan istri beserta 5 orang lainnya dari KBRI Tunisia mendaftarkan diri untuk ikut Haji Luneg (luar negeri) yang dikelola pegawai lokal Konsulat Jenderal RI Jeddah. Rekan rekan saya sesama diplomat dari berbagai belahan dunia juga dapat memanfaatkan fasilitas ini.
Fasilitas haji luneg sendiri seperti ONH plus berdurasi hanya 2 minggu. Pada hari yang ditentukan sekitar H-10 kami terbang ke Jeddah menggunakan Tunis Air. Dari bandara kami dikumpulkan di suatu tempat dekat KJRI Jeddah untuk menunggu rekan rekan lainnya yang dijadwalkan tiba pada hari itu.
Menjelang malam, peserta haji dari berbagai tempat  yang menggunakan pesawat udara itu sebanyak 35 orang telah berkumpul untuk mendengarkan arahan pembimbing haji untuk berangkat malam ini juga ke Mekah. Kamipun di bagi beberapa kelompok sebanyak 6-7 orang masing masing dengan satu orang pembimbing haji yang diambilkan dari mahasiswa Indonesia yang ditugaskan dari negara negara sekitar Arab Saudi.
Salah satu pesan dari pembimbing haji saat itu agar jemaah haji dapat menjaga niat, mejaga lisan dan tidak berlaku sombong, tertib dan menjaga kekompakan sesama jamaah.  Sayapun mengiyakan untuk menaati  anjuran tersebut. Setelah itu semua jamaah dipersilahkan untuk miqat dari Jeddah dan mengenakan pakaian ihram ditempat itu untuk kemudian bergerak menuju Mekah menggunakan minibus yang sudah disiapkan.
Dalam perjalanan kami di bimbing secara detail mulai dari doa perjalanan dan doa kala mulai memasuki Mekah. Kami tiba di Masjidil Haram tengah malam dan terus diarahkan untuk memasuki Masjidil Haram. Didalam Mesjid sudah terlihat ramai jemaah yang melaksanakan shalat malam dan melakukan tawaf. Kami pun dipersilahkan untuk wudhu dan melaksanakan shalat tahiyatul masjid 2 rakaat dan setelah itu bergegas untuk thawaf.
Saat thawaf mau dimulai, saya memandang kabah dengan takjub ada perasaan luar biasa muncul dan rasa takjub karena dapat melihat sendiri wujud kiblat bagi umat Islam sebagai arah dari shalat mereka di seluruh dunia. Setelah tawaf ini kami di minta untuk kembali untuk bersama sama menuju penginapan kami yang sudah disiapkan panitia.
Sesampai di penginapan, ternyata sudah banyak jemaah lainnya sekitar 20 orang lagi yang ternyata datang ke Mekah menggunakan jalan darat dari perwakilan di beberapa negara sekitar Arab Saudi seperti Jordan, Syiria, UEA, Qatar, Bahrain dan dari Riyadh Arab Saudi yang dapat ditempuh dengan jalan darat.
Tibalah pembagian kamar, Saya mendapatkan satu kamar yang ukuran tidak begitu besar bersama 6 orang lainnya. Sementara istri terpisah bergabung di kamar lain dengan jamaah putri lainnya.  Saat menempati kamar itu dan teman lainnya sudah menempati tempat tidur masing-masing, saya melihat ada satu tempat tidur lipat yang tersisa.
Saya berkata : Gimana sih panitia 6 orang didalam saja sudah terlihat penuh, masih mau ditambah satu orang lagi?  Saya kemudian mempengaruhi teman lainnya untuk menyembunyikan tempat tidur lipat itu, sehingga bila panitia menanyakan sudah tidak ada lagi tempat dan kami sepakat untuk menolak tambahan satu jemaah secara bersama sama.
Tidak berapa lama masuklah seorang Jemaah diantar panitia. Saya kaget dan tidak mengira siapa yang datang, ternyata dia adalah sahabat baik saya. Semua teman menunggu ada reaksi penolakan saya.  Tapi apa reaksi saya, saya malah senang menyambutnya dan lupa akan niat jelek sebelumnya untuk menolak jemaah baru ini. Saya sendiri lah yang mengeluarkan  tempat tidur lipat yang sudah disembunyikan dan mengatur kembali tata letak tempat tidur lainnya supaya nyaman ditempati kami bertujuh.
Teman teman semua heran akan sikap saya yang berbalik 180 derajat menjadi sangat baik kepada orang itu. Sayapun tidak sabar mengabarkan kepada teman saya itu bahwa sebelumnya saya sudah berucap untuk menolak siapapun yang akan masuk lagi kekamar kami.
Teman saya tertawa, namun sayapun tetap minta maaf kepadanya dan tidak akan pernah untuk memiliki niat dan berucap jelek terhadap siapapun selama melaksanakan ibadah haji ini. Terngiang ucapan pembimbing haji kala di Jedah agar segera menyingkirkan segala niat jelek dan ucapan jelek waktu berhaji.
Wallahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makloon Jahit Bandung: Solusi Terbaik untuk Bisnis Fashionmu!

 Hello Sobat IDkonveksi! Apakah kamu memiliki bisnis fashion namun kesulitan dalam proses produksi? Apakah kamu membutuhkan bantuan untuk me...