Senin, 14 Agustus 2017

FADLIILAH BULAN SYA'BAN .. BULAN YANG DI LUPAKAN

FADLIILAH BULAN SYA'BAN .. BULAN YANG DI LUPAKAN

اللهم صل على روح سيدنا محمد فى الارواح, و على جسده فى الاجساد, و على قبره فى القبور

Alloohumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidinaa muhammadin fil- arwaahi, wa ‘alaa jasadihi fil-ajsaadi, wa ‘alaa qobrihi fil- qubuuri.

Artinya: Yaa Alloh limpahkanlah sholawat kepada ruh sayyidina Muhammad untuk seluruh arwahh, dan kepada jasadnya untuk seluruh jasad dan kepada kuburnya untuk seluruh kubur”...........

والحب يعترض اللذات بالالم نعم سرى طيف من اهوى فارقني

Na’am saroo’ thoifu man ahwaa’ fa-arroqonii * wal-hubbu ya’taridhul-ladzaati bil-alami.

Artinya: “Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga. Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita”.

يا نور النور يا مدبر الامور بلغ عني روح سيدنا محمد و ارواح آل سيدنا محمد تحية و سلاما

Yaa nuuran-nuuri yaa mudabbirol-umuuri balligh ‘annii ruuha sayyidinaa muhammadin wa arwaaha aali sayyidinaa muhammadin tahiyyatan wa salaaman.

Artinya: “Ya Alloh sumber pancaran nur, Ya Alloh Tuhan yang mengatur semua perkara, semoga Engkau sampaikan daripadaku salam dan tahiyat (penghormatan) kepada Ruh Nabi Muhammad saww. dan ruh keluarga Nabi Muhammad saww”

رجب شهر الله، وشعبان شهري، ورمضان شهر أمتي

Nabi Saww. bersabda : “Bahwa Rajab itu bulan Allah, Sya’ban bulanKu dan Ramadhan adalah bulan ummat-Ku”.

Hadis ini disebutkan dalam kita Al-Jami’ karya Imam Suyuti. Para ulama menerangkan maksud hadis ini Rajab adalah bulan Istigfar, Sya’ban adalah bulan untuk memperbanyak Shalawat kepada Rosululloh Saww, dan Ramadhan adalah bulan memperbanyak bacaan Al-Qur’an.

Dari Nabi Saww., bahwa beliau bersabda :
“Keutamaan bulan Sya’ban diatas semua bulan itu seperti keutamaan saya diatas semua para Nabi dan keutamaan bulan Romadhon diatas semua bulan itu seperti keutamaan Alloh ta’aalaa diatas semua hambaNya”.

Sabda Nabi Saww. :
“Tahukah kamu sekalian, mengapa dinamakan bulan Sya’ban? Mereka menjawab : “Alloh dan RosulNya maha mengetahui. Beliau bersabda : “Karena didalam bulan itu bercabanglah kebaikan yang banyak sekali”. (‘Raudhotul ‘Ulama)

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ أَخْبَرَنَا الْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ عَنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كَلْبٍ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَكرٍ الصِّدِّيقِ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَائِشَةَ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ مِنْ حَدِيثِ الْحَجَّاجِ و سَمِعْت مُحَمَّدًا يُضَعِّفُ هَذَا الْحَدِيثَ و قَالَ يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ عُرْوَةَ وَالْحَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ لَمْ يَسْمَعْ مِنْ يَحْيَى بْنِ أَبِي كَثِيرٍ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani’ telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Al Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abu Katsir dari ‘Urwah dari ‘Aisyah dia berkata, Pada suatu malam saya kehilangan Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wasallam, lalu saya keluar, ternyata saya dapati beliau sedang berada di Baqi’, beliau bersabda: ”

Apakah kamu takut akan didzolimi oleh Alloh dan Rasul-Nya?” saya berkata, wahai Rosululloh, saya mengira tuan mendatangi sebagian istri-istrimu, beliau bersabda: “Sesungguhnya Alloh ta’ala turun ke langit dunia pada malam pertengahan bulan Sya’ban, lalu mengampuni manusia sejumlah rambut (bulu) kambing.”

Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari Abu Bakar Ash shiddiq. Abu ‘Isa berkata, hadits ‘Aisyah tidak kami ketahui kecuali dari jalur ini dari hadits Al Hajjaj. Saya mendengar Muhammad melemahkan hadits ini. Dia berkata, Yahya bin Abu Katsir belum pernah mendengar dari ‘Urwah, sedangkan Al Hajjaj juga belum pernah mendengar hadits dari Yahya bin Abu Katsir. (HR. At Tirmidzi No.670)

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ عَلِيٍّ الْخَلَّالُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَنْبَأَنَا ابْنُ أَبِي سَبْرَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُولُ أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

Telah menceritakan kepada kami Al Hasan bin Ali Al Khallal berkata, telah menceritakan kepada kami Abdurrozaq berkata, telah memberitakan kepada kami Ibnu Abu Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad dari Mu’awiyah bin Abdulloh bin Ja’far dari Bapaknya dari Ali bin Abu Tholib ia berkata, “Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: “

Apabila malam nisfu Sya’ban (pertengahan bulan Sya’ban), maka shalatlah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Sesungguhnya Allah turun ke langit bumi pada saat itu ketika matahari terbenam, kemudian Dia berfirman: “Adakah orang yang meminta ampun kepada-Ku, maka Aku akan mengampuninya? Adakah orang yang meminta rizki maka Aku akan memberinya rizki? Adakah orang yang mendapat cobaan maka Aku akan menyembuhkannya? Adakah yang begini, dan adakah yang begini…hingga terbit fajar. ” (HR. Ibnumajah No.1378)

حَدَّثَنَا حَسَنٌ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ حَدَّثَنَا حُيَيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَطَّلِعُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِعِبَادِهِ إِلَّا لِاثْنَيْنِ مُشَاحِنٍ وَقَاتِلِ نَفْسٍ

Telah menceritakan kepada kami Hasan telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepada kami Huyai bin Abdulloh dari Abu Abdurrohman Al Hubuli dari Abdulloh bin ‘Amru, bahwa Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Alloh Ta’ala mengamati makhluk-Nya pada malam pertengahan bulan sya’ban, lalu Dia mengampuni dosa-dosa hamba-Nya kecuali dua saja; orang yang bermusuhan dan orang yang membunuh seseorang.” (HR. Ahmad No.6353)

Dari Abi Hurairah Ra. Beliau Nabi Saww. bersabda : “Telah datang kepadaku Jibril pada malam nisfi/pertengahan bulan Sya’ban dan dia berkata : “Hai Muhammad Saww. pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Maka berdirilah dan kerjakanlah shalat kemudian angkatlah kepalamu serta dua tanganmu kelangit:” Kata saya : “Hai Jibril, apakah artinya malam ini?” Dia menjawab :

“Pada malam ini telah dibuka tiga ratus pintu rahmat, maka Alloh ta’aalaa mengampuni semua orang yang tidak menyekutukan Alloh dengan sesuatupun, melainkan orang ahli sihir, dukun, orang yang suka bermusuhan, peminum khomer/arak, orang yang selalu melacur atau pemakan harta riba atau orang yang durhaka kepada orang tua, orang yang suka beradu domba dan memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni sehingga mereka itu mau bertobat dan mau meninggalkan”.

Dari Yahya bin Mu’aadz bahwa dia berkata : “Sesungguhnya didalam kata “SYA'BANU” mengandung lima huruf, yang masing-masing huruf itu merupakan singkatan anugrah kepada orang-orang yang beriman.

SYIINUN kepanjangan kata Syarofun wa Syafaa’atun artinya kemuliaan dan pertolongan 'AINUN kepanjangan kata ‘izzatun wa karaamatu artinya keperkasaan dan keutamaan BA'UN kepanjangan kata birrun artinya kebaikan ALIFUN kepanjangan dari kata ulfatun artinya rasa kasih sayang NUN kepanjangan dari kata nuurun artinya cahaya”.

DAN DALAM RIWAYAT LAIN DI JELASKAN 



ش : kata syin di ambil dari lafadz : syarufa ( mulia ) & syu’abiyu dan pembuluh nafas (tali kehidupan ... / cabang dari sebagian kelompok .......



ع : a’in ini di ambila dari lafadz ‘ainun yang berarti mata & kenyataan yang ada (tajalli) ‘arofa (mengerti)



ب : ba’ di ambil dari lafadz baroo -barwan sudah menciptakan ( al-barii , dzat yang menciptakan ) dan lafadz barokah (berkah) dan bari’a membersihkan secara ikhlas atas semua ketentuan alloh yang berarti bersih segala’’nya semua kembali kepada alloh ...



ا : alif di ambil dari lafadz alloh & al-kaunu (sesuatu yang di adakan “mahluk”)



ن : nun ini di ambil dari lafadz niat (awal keinginan aqal) dan ni’mah (anugrah alloh) ...



Jika di kumpulkan secara tarkib isyaroh aqliyah : alloh mengajarkan niat yang tulus agar kita selalu mensyukuri nikmat alloh dengan segala kerelaan dan kebersihan hati atas segala sesuatu yang di ‘’adakan’’ oleh alloh SWT ... karena MANUSIA ‘ARIF / BIJAKSANA pastilah mengerti hakikat kenyataan yang ada semua terikat erat dengan NAFAS (angin) untuk mencapai kemuliaan hidup ....



Inilah taqdir kita di adakan dan di sebut MAN-NUSIA (sesuatu yang di lalaikan dari asalnya) apakah ini salah kita mengingat DIRI & PENCIPTAAN DIRI yang selalu bergantung pada kehidupan dan di muliakan oleh alloh kenapa kita lalai tujuan kita di ciptakan ??? apakah kita bisa mendapatkan kemuliaan hidup jika NAFAS ini telah tiada ??? ...


Oleh karena itu telah diterangkan : “Bulan Rojab kesempatan membersihkan badan, bulan Sya’ban kesempatan membersihkan hati dan bulan Romadhon kesempatan mensucikan jiwa. Maka sesungguhnya orang yang membersihkan badannya dibulan Rojab, seharusnya dia membersihkan hatinya dibulan Sya’ban, dan barang siapa yang membersihkan hatinya dibulan Sya’ban juga seharusnya membersihkan jiwanya dibulan Romadhon.

Maka kalau dia tidak membersihkan badannya dibulan Rojab dan tidak membersihkan hatinya dibulan Sya’ban, kemudian kapan/bagaimana dia bisa membersihkan jiwanya dibulan Romadhon? Oleh karena itu sementara Hukama berkata : “Sungguh bulan Rajab itu kesempatan untuk mohon ampunan dari segala dosa, bulan Sya’ban kesempatan untuk memperbaiki hati dari segala macam cela dan bulan Romadhon untuk menerangkan hati/membersihkan hati/jiwa Lailatul Qodar untuk mendekatkan diri kepada Alloh ta’aalaa”. (Zubdatul Waa’izdiina)

Dari Habib Ahmad bin Novel bin Jindan : “Bulan Rojab adalah dimana kita menanam, bulan Sya’ban dimana kita mengairi, dan bulan Ramadhan dimana kita memetik”

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ أَبِي النَّضْرِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Telah menceritakan kepada kami ‘Abdulloh bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abu An-Nadhar dari Abu Salamah dari ‘Aisyah radlialloohu ‘anha berkata: “Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam sedemikian sering melaksanakan shoum hingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak shaum), namun beliau juga sering tidak shaum sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah shoum.
Dan aku tidak pernah melihat Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Romadhon dan aku tidak pernah melihat Beliau paling banyak melaksanakan puasa (sunnat) kecuali di bulan Sya’ban”. (HR. Bukhori No.1833 dan No.1834)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya ia berkata, saya telah membacakan kepada Malik dari Abu Nadlr Maula Umar bin Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah Ummul Mukminin, bahwa ia berkata; “Sudah biasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa beberapa hari, hingga kami mengira bahwa beliau akan berpuasa terus. Namun beliau juga biasa berbuka (tidak puasa) beberapa hari hingga kami mengira bahwa beliau akan tidak puasa terus. Dan aku tidak pernah melihat Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam menyempurnakan puasanya sebulan penuh, kecuali Ramadlan. Dan aku juga tidak pernah melihat beliau puasa sunnah dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya ketika bulan Sya’ban.” (HR. Muslim No.1956)

أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُوسَى عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ فَإِنَّهُ كَانَ يَصِلُهُ بِرَمَضَانَ لِيَكُونَا شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ وَكَانَ يَصُومُ مِنْ الشَّهْرِ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ

Telah mengabarkan kepada kami ‘Ubaidullah bin Musa dari Israil dari Manshur dari Salim dari Abu Salamah dari Ummu Salamah ia berkata, “Aku tidak melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam melakukan puasa penuh satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban. Karena beliau menyambungnya dengan bulan Romadon agar menjadi dua bulan berturut-turut. Kadang beliau berpuasa (dalam sebagian bulan) hingga kami berkata ‘Beliau tidak pernah berbuka’. Dan kadang beliau berbuka hingga kami berkata ‘Beliau tidak pernah berpuasa’.” (HR. Ad Darimi No.1676)

أَخْبَرَنَا شُعَيْبُ بْنُ يُوسُفَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَاللَّفْظُ لَهُ قَالَا حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يَصِلُ شَعْبَانَ بِرَمَضَانَ

Telah mengabarkan kepada kami Syu’aib bin Yusuf dan Muhammad bin Basysyar -dan lafadz ini miliknya- mereka berkata; telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman dia berkata; telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Manshur dari Salim dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata; “Aku tidak pernah melihat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam berpuasa dua bulan berturut-turut, hanya saja beliau menyambung bulan Sya’ban dengan Ramadlan.” (HR. An Nasa’I No.2146)

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَائِشَةَ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أُمِّ سَلَمَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ أَيْضًا عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُهُ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِذَلِكَ وَرُوِيَ عَنْ ابْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ قَالَ فِي هَذَا الْحَدِيثِ قَالَ هُوَ جَائِزٌ فِي كَلَامِ الْعَرَبِ إِذَا صَامَ أَكْثَرَ الشَّهْرِ أَنْ يُقَالَ صَامَ الشَّهْرَ كُلَّهُ وَيُقَالُ قَامَ فُلَانٌ لَيْلَهُ أَجْمَعَ وَلَعَلَّهُ تَعَشَّى وَاشْتَغَلَ بِبَعْضِ أَمْرِهِ كَأَنَّ ابْنَ الْمُبَارَكِ قَدْ رَأَى كِلَا الْحَدِيثَيْنِ مُتَّفِقَيْنِ يَقُولُ إِنَّمَا مَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّهُ كَانَ يَصُومُ أَكْثَرَ الشَّهْرِ قَالَ أَبُو عِيسَى وَقَدْ رَوَى سَالِمٌ أَبُو النَّضْرِ وَغَيْرُ وَاحِدٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ نَحْوَ رِوَايَةِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Mahdi dari Sufyan dari Manshur dari Salim bin Abu Al Ja’d dari Abu Salamah dari Ummu Salamah dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali pada bulan Sya’ban dan Ramadlan. Dalam bab ini (ada juga riwayat -pent) dari ‘Aisyah. Abu ‘Isa berkata, hadits Ummu Salamah merupakan hadits hasan.

Hadits ini telah diriwayatkan dari Abu Salamah dari ‘Aisyah bahwa dia berkata, saya tidak pernah melihat Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam lebih banyak berpuasa kecuali pada bulan Sya’ban, beliau dulu sering berpuasa pada bulan Sya’ban kecuali beberapa hari saja bahkan beliau sering berpuasa sebulan penuh. Telah menceritakan kepada kami Hannad telah menceritakan kepada kami ‘Abdah dari Muhammad bin Amru telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari ‘Aisyah dari Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam seperti diatas.

Dan diriwayatkan dari Ibnu Mubara bahwasanya dia berkata, menurut kaedah bahasa arab, hukumnya boleh mengungkapkan puasa sebulan kurang dengan ungkapan puasa sebulan penuh, sebagaimana dikatakan fulan terjaga sepanjang malam (beraktifitas terus) padahal dia hanya makan malam dan melakukan beberapa urusan. Berdasarkan pernyataan tadi, sepertinya Ibnu Mubarak melihat dua hadits diatas memiliki korelasi arti yang sama, dia berkata, sesungguhnya makna hadits diatas ialah Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam lebih banyak berpuasa pada bulan Sya’ban. Abu ‘Isa berkata, Salim Abu Nadlr dan yang lainnya telah meriwayatkan hadits ini dari Abu Salamah dari ‘Aisyah seperti riwayatnya Muhammad bin Amru. (HR. At Tirmidzi No.668)

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ مُحَمَّدٍ عَنْ الْعَلَاءِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا بَقِيَ نِصْفٌ مِنْ شَعْبَانَ فَلَا تَصُومُوا قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ هَذَا الْوَجْهِ عَلَى هَذَا اللَّفْظِ وَمَعْنَى هَذَا الْحَدِيثِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ أَنْ يَكُونَ الرَّجُلُ مُفْطِرًا فَإِذَا بَقِيَ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ أَخَذَ فِي الصَّوْمِ لِحَالِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يُشْبِهُ قَوْلَهُمْ حَيْثُ قَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقَدَّمُوا شَهْرَ رَمَضَانَ بِصِيَامٍ إِلَّا أَنْ يُوَافِقَ ذَلِكَ صَوْمًا كَانَ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ وَقَدْ دَلَّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ أَنَّمَا الْكَرَاهِيَةُ عَلَى مَنْ يَتَعَمَّدُ الصِّيَامَ لِحَالِ رَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad dari Al ‘Ala’ bin Abdurrahman dari ayahnya dari Abu Hurairah dia berkata, Rosulullooh Shollalloohu ‘alaihi wasallam bersabda: ” Jika telah masuk pada pertengahan bulan Sya’ban, maka janganlah kalian berpuasa.” Abu ‘Isa berkata, hadits Abu Hurairah merupakan hadits hasan shohih, kami tidak mengetahui kecuali melalui jalur ini dengan lafadz seperti di atas. Arti dari hadits diatas menurut sebagian ulama ialah jika seseorang tidak terbiasa berpuasa kemudian ketika masuk pada pertengahan bulan Sya’ban baru ia mulai berpuasa karena (menyambut) bulan Romadlon.

Telah diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Nabi Shollalloohu ‘alaihi wasallam seperti makna yang diterangkan oleh mereka, yaitu beliau Sholalloohu ‘alaihi wa salam bersabda: “Janganlah kalian berpuasa beberapa hari menjelang bulan Romadlon kecuali jika bertepatan hari puasa yang biasa kalian lakukan.” Hadits ini menunjukan larangan bagi orang yang sengaja berpuasa menjelang datangnya puasa Ramadlan. (HR. At Tirmidzi No.669)

حَدَّثَنَا عَبْد اللَّهِ قَالَ وَجَدْتُ هَذَا الْحَدِيثَ فِي كِتَابِ أَبِي بِخَطِّ يَدِهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَبُو سُفْيَانَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَحَرَّى صَوْمَ شَعْبَانَ وَصَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ

Telah menceritakan kepada kami Abdulloh berkata; “Saya menemukan hadits ini di dalam kitab ayahku yang ditulis dengan tangannya.”, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humaid Abu Sufyan, dari Sufyan, dari Tsaur bin Yazid, dari Khalid bin Ma’dan, dari Aisyah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. sangat menjaga puasa sya’ban, dan puasa senin dan kamis. (HR.Ahmad No.23369)

حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو سَلَمَةَ عَنْ عَائِشَةَ قَالَ قُلْتُ أَيْ أُمَّهْ كَيْفَ كَانَ صِيَامُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَلَمْ أَرَهُ يَصُومُ مِنْ شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا بَلْ كَانَ يَصُومُهُ كُلَّهُ

Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair dia berkata; telah menceritakan kepada kami Muhammad yaitu Ibnu Umar dia berkata; telah menceritakan kepada kami Abu Salamah dari Aisyah dia (Abu Salamah) Berkata; wahai ibu bagaimana puasa Rosululloh Shollallohu’alaihiwasallam?

(Aisyah) Berkata; “Beliau sedemikian sering melakukan puasa sehingga kami mengatakan bahwa beliau tidak pernah berbuka (tidak berpuasa), namun beliau juga sering berbuka (tidak puasa) sehingga kami mengatakan bahwa beliau jarang berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat beliau lebih banyak melakukan puasa di suatu bulan daripada puasa beliau di bulan sya’ban. Sungguh beliau puasa sya’ban tidak sedikit bahkan beliau berpuasa sya’bah sebulan penuh.” (HR. Ahmad No.24154)

حَدَّثَنَا وَكِيعٌ حَدَّثَنَا أَبِي عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ سَالِمِ بْنِ أَبِي الْجَعْدِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ

Telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Ayahku dari Manshur dari Salim bin Abi Al Ja’d dari Abu Salamah bin Abdurrohman dari Ummu Salamah bahwa Rosulullooh shallahu’alaihi wa sallam berpuasa Sya’ban dan Ramadlan. (HR. Ahmad No.25308)

حَدَّثَنِي يَحْيَى عَنْ مَالِك عَنْ أَبِي النَّضْرِ مَوْلَى عُمَرَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abu Nadlr mantan budak ‘Umar bin ‘Ubaidullah, dari Abu Salamah bin Abdurrahman dari Aisyah isteri Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam, ia berkata, “Rosululloh shollalloohu ‘alaihi wasallam berpuasa terus menerus hingga kami berkata, beliau tidak pernah berbuka. Beliau juga pernah berbuka terus menerus hingga kami berkata, bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Aku tidak melihat Rasulullah shollalloohu ‘alaihi wasallam melengkapi puasanya satu bulan penuh kecuali bulan Romadon. Dan aku tidak melihatnya banyak berpuasa dalam satu bulan kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR. Malik No.601)

Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa berpuasa tiga hari dari permulaan bulan Sya’ban dan tiga hari dipertengahan bulan Sya’ban serta tiga hari diakhir bulan Sya’ban, maka Alloh ta’aalaa mencatat baginya seperti pahala tujuh puluh Nabi, dan seperti orang yang beribadah kepada Alloh ta’aalaa selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati ditahun itu maka dia sebagai orang yang mati syahid”.

Dari Nabi Saww. bersabda :
“Barang siapa yang mengagungkan bulan Sya’ban, bertaqwa kepada Alloh dan bertaat kepadaNya serta menahan diri dari perbuatan ma’syiyat/durhaka, maka Alloh ta’aalaa mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya didalam satu tahun itu dari segala macam bencana dan dari bermacam-macam penyakit”. (Zubdatul Waa’izdiina)

Diceritakan dari Muhammad bin Abdullah Az-Zaahidiy bahwa dia berkata : “Kawan saya Abu Hafshin Al-Kabir telah meninggal dunia, maka saya juga mensholati jenazahnya. dan saya tidak mengunjungi kuburnya selama delapan bulan. Kemudian saya bermaksud akan menengok kuburnya. Ketika saya tidur dimalam hari saya bermimpi melihatnya dia sudah berobah mukanya menjadi pucat, maka saya bersalam kepadanya dan dia tidak membalasnya.

Kemudian saya berkata/bertanya kepadanya : “Subhaanalloohi / Maha Suci Alloh, mengapa engkau tidak membalas salam saya?”. Dia menjawab : “Membalas salam adalah ibadah, sedang kami sekalian telah terputus dari ibadah”.

Kata saya : “Mengapa saya melihat wajahmu berubah, padahal sungguh engkau dahulu berwajah bagus?”. Dia menjawab : “Ketika saya dibaringkan didalam kubur, telah datang satu Malaikat dan duduk disebelah kepala saya seraya berkata :

“Hai situa yang jahat, dan dia menghitung semua dosa saya dan semua perbuatan saya yang jahat bahkan diapun memukul saya dengan sebatang kayu sehingga badan saya terbakar”. Kuburpun berkata kepada saya : “Apakah engkau tidak malu kepada Tuhanku?”. Kemudian kuburpun menghimpit saya dengan himpitan yang kuat sekali sehingga tulang-tulang rusukku menjadi bertebaran dan sendi-sendi tulangkupun menjadi terpisah-pisah sedang saya dalam siksa sampai malam pertama bulan Sya’ban”. Waktu itu ada suara mengundang dari atas saya :

“Hai Malaikat, angkatlah batang kayumu dan siksamu dari padanya, karena sesungguhnya dia pernah menghidupkan/mengagungkan satu malam dari bulan Sya’ban selama hidupnya dan pernah berpuasa pula satu hari dibulan Sya’ban”.

Maka Alloh ta’aalaa menghapuskan siksa dari padaku dengan sebab aku memuliakan malam hari di bulan Sya’ban dengan shalat dan berpuasa satu hari dibulan Sya’ban; kemudian Dia Allah ta’aalaa member kegembiraan kepada saya dengan sorga dan kasih sayangNya”.

Dari Nabi Saww. bersabda : “Barang siapa yang menghidupkan malam dua hari raya (Idul Fitri dan Idul Adh-ha) dan setengah dari bulan Sya’ban, maka hatinya tidak akan mati disaat semua hati sama mati”. (Zahratur Riyaadhi)

Dari ‘Aisyah ra., ia berkata :
“Tidak pernah Rosululloh Saww. berpuasa dari suatu bulan yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban. Sungguh beliau berpuasa penuh pada bulan Sya’ban”. Dan didalam riwayat yang lain dikatakan : “Beliau berpuasa pada bulan Sya’ban, kecuali sedikit (beberapa hari saja beliau tidak berpuasa)”. (HR.Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saww. ditanya tentang : “Wahai Rosululloh, kami belum pernah melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan lain, seperti engkau berpuasa pada bulan Sya’ban”. Rosul Saww. bersabda : “Itulah bulan yang dilupakan oleh manusia, antara Rajab dan Romadhon. Yaitu bulan dimana amal-amal manusia dilaporkan kepada penguasa alam semesta. Maka aku lebih suka bila amalku dilaporkan sementara aku sedang berpuasa”. (HR.Ahmad)

Diriwayatkan dari ‘Atho-i bin Yasari Ra. bahwa dia berkata : “Tidak ada satu malam sesudah malam Qadar (Lailatul Qodar) yang lebih utama kecuali dari malam setengah bulan Sya’ban”.

Niat Puasa Sya’ban :

نويت صوم شهر شعبان سنة لله تعالى

NAWAITU SHAUMA SYAHRI SYA’BAN SUNNATAN LILLAHI TA’ALA.

Artinya : “ Saya niat puasa bulan sya’ban, sunnah karena Alloh Ta’ala.”



Wahai Saudara-saudariku jadikanlah dibulan Sya’ban ini kita banyak-banyak berpuasa dan beramal sholeh menghidupkan sunnah Nabi Saww. serta memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad Saww, agar kita diridhoi oleh Alloh Swt. dan mendapat syafa’at dari Rosulalloh Saww., serta tidak menjadi orang yang merugi diakhirot nanti karena mengetahui keutamaan bulan Sya’ban 


Terkadang wajib ngupoyo arto kadunyan

Lan kamulyan kang tentu tulung kabecikan

Lan nulak saking fitnah maksiatan

Ikulah arep ngaweruhi ing syara’ panggeran

Wus bekakase wongkang bener ngibadat

Iku ngupoyo arto lan luhure derajat

Kang dadi sebab madep maring Alloh kuat

Lan ora ngawulo maring wong maksiat



WALLOHU 'ALAM 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makloon Jahit Bandung: Solusi Terbaik untuk Bisnis Fashionmu!

 Hello Sobat IDkonveksi! Apakah kamu memiliki bisnis fashion namun kesulitan dalam proses produksi? Apakah kamu membutuhkan bantuan untuk me...