Kamis, 02 Agustus 2012

JALAN MENUJU WUSHUL KEPADA ALLOH TA’ALA




لَوْاَنَّكَ لَاتَصِلُ اِلَيْهِ اِلَّا بَعْدَ فَنَاءِ مَسَاوِيْكَ وَمَحْوِ دَعَاوِيْكَ لَمْ تَصِلُ اِلَيْهِ اَبَدًا وَلَكِنْ اِذَا اَرَادَ اَنْ يُوَصِّلَكَ اِلَيْهِ غَطَّى وَصْفَكَ بِوَصْفِهِ وَنَعْتَكَ بِنَعْتِهِ فَوَصَّلَكَ اِلَيْهِ بِمَا مِنْهُ اِلَيْكَ لَابِمَا مِنْكَ اِلَيْهِ.

Sesungguhnya engkau tidak akan dapat wushul kepada Alloh kecuali setelah fana'nya  DIRImu dari segala kemauan syahwat dan bersihnya sifat pengakuanmu, Jika dengan dirimu maka engkau tidak akan dapat wushul selama-lamanya. Akan tetapi jika Alloh berkehendak mewushulkanmu kepada-Nya, maka Alloh menutup sifatmu dengan sifat-Nya dan kebiasaanmu dengan kebiasaan-Nya. Alloh mewushulkanmu kepada-Nya dengan sesuatu dari-Nya kepadamu bukan dengan sesuatu darimu kepada-Nya.



Apabila Alloh berkehendak mewushulkanmu kepada-Nya maka Alloh menutup sifatmu dengan sifat-Nya dan kebiasaanmu dengan kebiasaan-Nya, Alloh mewushulkanmu kepada-Nya dengan sesuatu dari-Nya kepadamu bukan dengan sesuatu darimu kepada-Nya. Maksudnya; konsep itu adalah konsep secara hakikat. Yakni ketika Alloh berkehendak membuka hati hamba-Nya untuk menerima NUR ma’rifat dari-Nya, maka Alloh yang menurunkan NUR itu dari atas ke bawah. Artinya pemahaman akan urusan ketuhanan itu semata hanya terbit dari kehendak-Nya yang azali.

Seorang hamba wajib memulai terlebih dahulu untuk wushul kepada tuhannya. Mereka harus mendaki ke atas, dengan ibadah lahir untuk mengembarakan ruhaniyahnya. Namun demikian ibadah lahir itu hanya sebagai perwujudan pengabdian yang hakiki kepada-Nya. Dengan melaksanakan mujahadah dan riyadhoh di jalan Alloh. Mereka mensucikan diri baik lahir maupun batin dari segala kotoran basyariyah yang menjadikannya terhalang wushul kepada Alloh Robbul Alamiin.






Dengan mujahadah tersebut, seperti orang melaksanakan meditasi, mereka berusaha mengembalikan seluruh kehendak hamba yang hudust secara manusiawi untuk dipertemukan kepada kehendak Alloh yang azaliyah. Apabila di dalam perjalanan itu Alloh berkehendak membuka pintu hati hamba-Nya, maka kehendak-Nya yang azali itu akan diturunkan ke bawah sehingga dua kehendak yang berbeda itu bertemu di tengah jalan. Kehendak yang satu mendaki dan yang satunya menurun.

Meskipun Alloh Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Rahmat Alloh lebih besar daripada dosa hamba-Nya. Namun demikian, tidak ada seorangpun dapat mengetahui bahwa dosa-dosa yang mereka perbuat akan mendapat pengampunan dari-Nya. Yang pasti, tidak ada satupun perbuatan dosa ditolak dan lepas dari perhitungan di hadapan keadilan-Nya. Dosa sekecil apapun, di hadapan keadilan Alloh akan diperhitungkan dengan seadil-adilnya. Kita berlindung dengan-Nya dari kejahatan dan kejelekan yang terjadi. Alloh berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Alloh dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Alloh membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS.An-Nur(24:21)


===========================( oooOooo )=========================

RISALAH SYEIKH IMAM NAWAWI AL-BANTENI

1.Ucapan Imam Nawawi dalam Syarah Nawawi ala Shahih Muslim Juz 1 hal 90 menjelaskan

نيملسملا نيب فلخ لب اهب عفتنيو تيملا ىلا لصت ةقدصلا ناف امهنع قدصتيلف هيدلاو رب دارأ نمهيقفلا ىرصبلا ىدرواملا نسحلا وبأ ةاضقلا ىضقأ هاكح ام امأو باوصلا وه اذهوبهذم وهف باوث هتوم دعب هقحلي ل تيملا نأ نم ملكلا باحصأ ضعب نع ىواحلا هباتك ىف ىعفاشلاهيلع جيرعت لو هيلا تافتلا لف ةملا عامجاو ةنسلاو باتكلا صوصنل فلاخم نيب أطخو ايعطق لطابناك اذا لا تيملا ىلا اهباوث لصي ل هنأ ءاملعلا ريهامجو ىعفاشلا بهذمف موصلاولصلا امأو
هنع امهرهشأ ىعفاشلل نيلوق هيف ناف يلولا هل نذأ نم وأ هيلو هنع هاضقف تيملىلع ابجاو موصلانا مايصلا باتك ىف ةلأسملا ىتأتسو حصي هنأ هباحصأ ىرخأتم ىققحم مث امهحصأوحلصي ل هنألاقو تيملا ىلا اهباوث لصي ل هنأ ىعفاشلا بهذم نم روهشملاف نآرقلا ةءارق امأوىلاعت للا ءاشعيمج باوث تيملا ىلا لصي هنأ ىلا ءاملعلا نم تاعامج بهذو تيملا ىلا اهباوث لصيهباحصأ ضعبرذن هيلعو تام نم باب ىف ىراخبلا حيحص ىفو كلذ ريغو ةءارقلاو موصلاو ةلصلا نم تادابعلانب ءاطع نع ىواحلا بحاص ىكحو اهنع ىلصت نأ ةلص اهيلعو اهمأ تتام نم رمأ رمع نبا نأنب للا دبع دعس وبأ خيشلا لاقو تيملا نع ةلصلا زاوجب لاق امهنأ هيوهار نب قاحساو حابر ىبألاقو اذه رايتخا ىلا راصتنلا هباتك ىف نيرخأتملا انباحصأ نم نورصع ىبأ نب للا ةبه نب دمحمماعط نم دم ةلص لك نع معطي نأ دعبي ل بيذهتلا هباتك ىف انباحصأ نم ىوغبلا دمحم وبأ ماملا
لصت اهناف جحلاو ةقدصلاو ءاعدلا ىلع سايقلا مهليلدو لامك هنذإ هذه لك

Berkata Imam Nawawi : “Barangsiapa yang ingin berbakti pada ayah ibunya maka ia boleh bersedekah atas nama mereka (kirim amal sedekah untuk mereka), dan sungguh pahala shadaqah itu sampai pada mayyit dan akan membawa manfaat atasnya tanpa ada ikhtilaf diantara muslimin, inilah pendapat terbaik, mengenai apa – apa yang diceritakan pimpinan Qadhiy Abul Hasan Almawardiy Albashriy Alfaqiihi Assyafii mengenai ucapan beberapa Ahli Bicara (semacam wahabiy yang hanya bisa bicara tanpa ilmu) bahwa mayyit setelah wafatnya tak bisa menerima pahala, maka pemahaman ini Batil secara jelas dan kesalahan yg diperbuat oleh mereka yang mengingkari nash – nash dari Alqur’an dan Alhadits dan Ijma ummat ini, maka tak perlu ditolelir dan tak perlu diperdulikan.

Namun mengenai pengiriman pahala shalat dan puasa, maka madzhab Syafii dan sebagian ulama mengatakannya tidak sampai kecuali shalat dan puasa yang wajib bagi mayyit, maka boleh di Qadha oleh wali nya atau orang lain yang diizinkan oleh walinya, maka dalam hal ini ada dua pendapat dalam Madzhab Syafii, yang lebih masyhur hal ini tak sampai, namun pendapat kedua yang lebih shahih mengatakan hal itu sampai, dan akan kuperjelas nanti di Bab Puasa Insya Allah Ta’ala.

Mengenai pahala Alqur’an menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab Syafii bahwa tak sampai pada mayyit, namun adapula pendapat dari sahabat sahabat Syafii yang mengatakannya sampai, dan sebagian besar ulama mengambil pendapat bahwa sampainya pahala semua macam ibadah, berupa shalat, puasa, bacaan Alqur’an, ibadah dan yang lainnya, sebagaimana diriwayatkan dalam shahih Bukhari pada Bab : “Barangsiapa yang wafat dan atasnya nadzar” bahwa Ibn Umar memerintahkan seorang wanita yang wafat ibunya yang masih punya hutang shalat agar wanita itu membayar (meng qadha) shalatnya, dan dihikayatkan oleh Penulis kitab Al Hawiy, bahwa Atha bin Abi Ribah dan Ishaq bin Rahawayh bahwa mereka berdua mengatakan bolehnya shalat dikirim untuk mayyit, Telah berkata Syeikh Abu Sa’ad Abdullah bin Muhammad bin Hibatullah bin Abi Ishruun dari kalangan kita (berkata Imam nawawi dengan ucapan : “kalangan kita” maksudnya dari madzhab syafii) yang muta’akhir (dimasa Imam Nawawi) dalam kitabnya Al Intishar ilaa Ikhtiyar bahwa hal ini seperti ini. (sebagaimana pembahasan diatas), berkata Imam Abu Muhammad Al Baghawiy dari kalangan kita dalam kitabnya At Tahdzib : Tidak jauh bagi mereka untuk memberi satu Mudd untuk membayar satu shalat (shalat mayyit yang tertinggal) dan ini semua izinnya sempurna, dan dalil mereka adalah Qiyas atas Doa dan sedekah dan haji (sebagaimana riwayat hadist - hadits shahih) bahwa itu semua sampai dengan pendapat yang sepakat para ulama. (Syarh Nawawi Ala Shahih Muslim Juz 1 hal90)

Maka jelaslah sudah bahwa Imam Nawawi menjelaskan dalam hal ini ada dua pendapat,dan yang lebih masyhur adalah yang mengatakan tak sampai, namun yang lebih shahih mengatakannya sampai, tentunya kita mesti memilih yang lebih shahih, bukan yang lebih masyhur, Imam nawawi menjelaskan bahwa yang shahih adalah yang mengatakan sampai, walaupun yang masyhur mengatakan tak sampai, berarti yang masyhur itu dhoif,dan yang shahih adalah yang mengatakan sampai, dan Imam Nawawi menjelaskan pula bahwa sebagian besar ulama mengatakan semua amal apahal sampai.


Lalu berkata pula Imam Nawawi

:لوصو ىلع اوعمجأ اذكو ءاملعلا عامجاب كلذك وهو اهباوث هلصيو تيملا عفنت تيملا نع ةقدصلا نأاذكو ملسلا جح ناك اذا تيملا نع جحلا حصيو عيمجلا يف ةدراولا صوصنلاب نيدلا ءاضقو ءاعدلاحجارلاف موص هيلعو تام اذا موصل يف ءاملعلا فلتخاو اندنع حصلأا ىلع عوطتلا جحب ىصو اذالاقو اهباوث هلصي ل نآرقلا ةءارق نأ انبهذم يف روهشملاو ،هيف ةحيحصلا ثيداحلأل هنع هزاوجبنح نب دمحأ لاق هبو اهباوث هلصي انباحصأ نم ةعامج

“Sungguh sedekah untuk dikirimkan pada mayyit akan membawa manfaat bagi mayyit
dan akan disampaikan padanya pahalanya, demikian ini pula menurut Ijma (sepakat) para
ulama, demikian pula mereka telah sepakat atas sampainya doa – doa, dan pembayaran
hutang (untuk mayyit) dengan nash – nash yang teriwayatkan masing masing, dan sah
pula haji untuk mayyit bila haji muslim,

Demikian pula bila ia berwasiat untuk dihajikan dengan haji yang sunnah, demikianpendapat yang lebih shahih dalam madzhab kita (Syafii), namun berbeda pendapat paraulama mengenai puasa, dan yang lebih benar adalah yang membolehkannya sebagaimana hadits – hadits shahih yang menjelaskannya, dan yang masyhur dikalangan madzhab kita bahwa bacaan Alqur’an tidak sampai pada mayyit pahalanya, namun telah berpendapat sebagian dari ulama madzhab kita bahwa sampai pahalanya, dan Imam Ahmad bin Hanbal berpegang pada yang membolehkannya” (Syarh Imam Nawawi ala Shahih Muslim Juz 7 hal 90).

Dan dijelaskan pula dalam Almughniy

:ثلثو يسركلا ةيآ اوؤرقا رباقملا متلخد اذإ لاق هنأدمحأ نع يور دقو ربقلا مث ةءارقلاب سأب لومث ةءارقلا لاق هنأ هنع يورو ،رباقملا لهلأ هلضف نإ مهللا لاق مث صلخلا دحأ للا وه لق رارمنع هب نابأ اعوجر عجر مث ةعامج دمحأ نع كلذ لقن ركب وبأ لاق ميشه نع كلذ يورو ةعدب ربقلاهل لاقف ةعدب ربقلا مث ةءارقلا نإ هل لاقو ربقلا مث أرقي نأ اريرض ىهن دمحأ نأ ةعامج ىورف هسفنهيبأ نع رشبم ينربخأف لاق ةقث لاق اذهلف رشبم يف لوقت ام للا دبع ابأ اي يرهوجلا ةمادق نب دمحمدمحأ لاق كلذب يصوي رمع نبا تعمس لاقو اهتمتاخو ةرقبلا ةحتافب هدنع أرقي نفد اذإ ىصوأ هنأرقي لجرلل لقف عجراف لبنح نب

“Tidak ada larangannya membaca Alqur’an dikuburan , dan telah diriwayatkan dari
Ahmad bahwa bila kalian masuk pekuburan bacalah ayat Alkursiy, lalu Al Ikhlas 3X, lalukatakanlah : Wahai Allah, sungguh pahalanya untuk ahli kubur”.

Dan diriwayatkan pula bahwa bacaan Alqur’an di kuburan adalah Bid’ah, dan hal itu adalah ucapan Imam Ahmad bin Hanbal, lalu muncul riwayat lain bahwa Imam Ahmad melarang keras hal itu, maka berkatalah padanya Muhammad bin Qudaamah : Wahai AbuAbdillah (nama panggilan Imam Ahmad), apa pendapatmu tentang Mubasyir (seorang perawi hadits), Imam Ahmad menjawab : Ia Tsiqah (kuat dan terpercaya riwayatnya),

maka berkata Muhammad bin Qudaamah sungguh Mubasyir telah meriwayatkan padaku
dari ayahnya bahwa bila wafat agar dibacakan awal surat Baqarah dan penutupnya, dan
bahwa Ibn Umar berwasiat demikian pula!”, maka berkata Imam Ahmad :”katakan pada
orang yang tadi ku larang membaca Alqur’an dikuburan agar ia terus membacanya
lagi..”. (Al Mughniy Juz 2 hal : 225)

Dan dikatakan dalam Syarh Al Kanz :

وأ ةقدص وأ اجح وأ اموص وأ ناك ةلص هريغل هلمع باوث لعجي نأ ناسنلإل نإ زنكلا حرش يف لاقوروهشملاو ىهتنا ةنسلا لهأ مث هعفنيو ،تيملا ىلإ كلذ لصيو ربلا عاونأ عيمج نم كلذ نآرق ةءارقنب دمحأ بهذو نآرقلا ةءارق باوث تيملا ىلإ لصي ل هنأ هباحصأ نم ةعامجو يعفاشلا بهذم نمراكذلأا يف يوونلا هركذ اذك لصي هنأ ىلإ يعفاشلا باحصأ نم ةعامجو ءاملعلا نم ةعامجو لبنحراتخملاو روهشملا ىلع ةءارقلا باوث اندنع تيملا ىلإ لصي ل يوحنلا نبل جاهنملا حرش يفوامب تيملل ءاعدلا زاج اذإف ءاعد هنلأ هب مزجلا يغبنيو هتءارق باوث لاصيإ للا لأس اذإ لوصولاىنعملا اذهو ءاعدلا ةباجتسا ىلع افوقوم هيف رملأا ىقبيو ىلوأ هل وه امب زوجي نلأف يعادلل سيليحلاو تيملا عفني هنأ هيلع قفتم ءاعدلا نأ رهاظلاو لامعلأا رئاس يف يرجي لب ةءارقلاب صتخي لريثك ثيداحأ كلذ ىلعو اهريغو ةيصوب ديعبلاو بيرقلا

“dijelaskan pada syarah Al Kanz, Sungguh boleh bagi seseorang untuk mengirim pahala
amal kepada orang lain, shalat kah, atau puasa, atau haji, atau shadaqah, atau Bacaan
Alqur’an, dan seluruh amal ibadah lainnya, dan itu boleh untuk mayyit dan itu sudah
disepakati dalam Ahlussunnah waljamaah.

Namun hal yang terkenal bahwa Imam Syafii dan sebagian ulamanya mengatakan pahala
pembacaan Alqur’an tidak sampai, namun Imam Ahmad bin Hanbal, dan kelompok
besar dari para ulama, dan kelompok besar dari ulama syafii mengatakannya pahalanya
sampai, demikian dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar,
Dan dijelaskan dalam Syarh Al Minhaj oleh Ibn Annahwiy : “tidak sampai pahala bacaan
Alqur’an dalam pendapat kami yang masyhur, dan maka sebaiknya adalah pasti sampai bila berdoa kepada Allah untuk memohon penyampaian pahalanya itu,

Dan selayaknya ia meyakini hal itu karena merupakan doa, karena bila dibolehkan doa
tuk mayyit, maka menyertakan semua amal itu dalam doa tuk dikirmkan merupakan hal
yang lebih baik, dan ini boleh tuk seluruh amal, dan doa itu sudah Muttafaq alaih (takada ikhtilaf) bahwa doa itu sampai dan bermanfaat pada mayyit bahkan pada yang hidup,keluarga dekat atau yang jauh, dengan wasiat atau tanpa wasiat, dan dalil ini denganhadits yang sangat banyak”.(Naylul Awthar lil Imam Assyaukaniy Juz 4 hal 142, Al majmu’ Syarh Muhadzab lil ImamNawawiy Juz 15 hal 522).

Kesimpulannya bahwa hal ini merupakan ikhtilaf ulama, ada yang mengatakan pengiriman
amal pada mayyit sampai secara keseluruhan, ada yang mengatakan bahwa pengiriman
bacaan Alqur’an tidak sampai, namun kesemua itu bila dirangkul dalam doa kepada Allah
untuk disampaikan maka tak ada ikhtilaf lagi.

Dan kita semua dalam tahlilan itu pastilah ada ucapan : Allahumma awshil, tsawabaa maaqaraa’naa minalqur’anilkarim… dst (Wahai Allah, sampaikanlah pahala apa – apa
yang kami baca, dari alqur’anulkarim…dst).

Maka jelaslah sudah bahwa Imam Syafii dan
seluruh Imam Ahlussunnah waljamaah tak ada yang mengingkarinya dan tak adapula yang
mengatakannya tak sampai.

Kita ahlussunnah waljamaah mempunyai sanad, bila saya bicara fatwa Imam Bukhari, saya
mempunyai sanad guru kepada Imam Bukhari. Bila saya berbicara fatwa Imam Nawawi,
saya mempunyai sanad guru kepada Imam Nawawi, bila saya berbicara fatwa Imam Syafii,
maka saya mempunyai sanad Guru kepada Imam Syafii.

Demikianlah kita ahlussunnah waljamaah, kita tidak bersanad kepada buku, kita mempunyai sanad guru, boleh saja dibantu oleh buku – buku, namun acuan utama adalah pada guru yang mempunyai sanad.Kasihan mereka mereka yang keluar dari ahlussunnah waljamaah karena berimamkan buku, agama mereka sebatas buku – buku, iman mereka tergantung buku, dan akidah mereka adalah pada buku – buku.

Jauh berbeda dengan ahlussunnah waljamaah, kita tahu siapa Imam Nawawi, Imam Nawawi
bertawassul pada Nabi saw, Imam Nawawi mengagungkan Rasul saw, beliau membuat shalawat yg dipenuhi salam pada Nabi Muhammad saw, ia memperbolehkan tabarruk dan
ziarah kubur, demikianlah para ulama ahlussunnah waljamaah.

Sabda Rasulullah saw : “Sungguh sebesar - besar kejahatan muslimin pada muslimin
lainnya, adalah yang bertanya tentang hal yang tidak diharamkan atas muslimin, menjadi diharamkan atas mereka karena pertanyaannya” (Shahih Muslim hadits No.2358, dan juga teriwayatkan pada Shahih Bukhari).

Berhati''lah dengan liciknya orang – orang wahabi, mereka bersiasat dengan “gunting tambal”, mereka menggunting – gunting ucapan para Imam lalu ditampilkan di web – web, inilah bukti kelicikan mereka Dengan menggunakan Dalil Bid'ah Dan Takfir (pengkafiran) mereka mengdu domba sesama muslim .

===============(ooOoo)=============

AHLUS-SUNNAH WAL JAMA’AH



Dalam memahami istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah mayoritas umat Islam lebih cenderung pada pengertian kelompok, sehingga banyak bermunculan kelompok-kelompok yang menyatakan bahwa kelompok mereka lah yang pantas disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah, disinyalir bahwa pemahaman seperti inilah yang menyebabkan perpecahan dan terkadang mengantarkan pada permusuhan di antara umat Islam.

Kenyataan yang terjadi di atas tentunya sesuatu yang sangat membahayakan bagi Islam dengan demikian perlu adanya keseragaman makna dalam memahami apakah Ahlusunnah Wal Jama’ah itu ?

PENGERTIAN SUNNAH

 Dalam istilah syari’at kata sunnah banyak digunakan dengan pengertian berbeda, salah satunya kata sunnah dipergunakan oleh kalangan Fuqoha' sebagai nama dalam istilah hukum syara' yang memiliki pengertian sesuatu yang dianjurkan untuk dikerjakan namun dengan perintah yang tidak kuat, sehingga orang yang mengerjakannya akan mendapat Ridho alloh dan orang yang meninggalkannya tidak berdosa, sebagai contoh sholat Rowatib sebelum sholat subuh hukumnya sunah. Arti sunnah ini bukan makna sunnah yang dimaksud untuk memahami istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah. dan selalu belajar dengan disiplin ilmu karena Rosululloh tidak membatasi dalam Beribadah untuk Taqorrub kepada alloh swt. 

Adapun pengertian sunnah yang dapat mengantarkan pada pemahaman Ahlus-Sunnah Wal Jama’ah sebagai berikut :

السنّةُ - أي سنّةُ رسولِ الله هي ما بَيّنَ وفَسّرَ بـها كتابَ اللهِ تعالى قولاً وفعلاً وتَقْريرًا، وهي الطريقُ المتّبَعُ، وهي دينُ الإسلامِ، لايَزيغُ عنها إلا جاهلٌ مُبْتَدِعٌ.
 
Sunnah adalah Sunnah Rosululloh saw yaitu sesuatu yang menjelaskan dan menafsirkan Kitab Alloh swt baik berupa ucapan, perbuatan dan persetujuan Rosululloh. Sunnah merupakan jalan yang harus di ikuti dan disebut pula Dinul Islam. Tidak akan berpaling dari sunnah kecuali mereka yang bodoh dan pelaku bid’ah (merubah syarat rukun dalam ibadah).

 Dari pengetian di atas jelas bagi umat Islam bahwa sunnah merupakan petunjuk pelaksanaan dari Al-qur’an, bagi setiap pribadi muslim dilarang untuk menterjemahkan atau menafsirkan Al-qur‟an dengan pemikirannya sendiri tanpa bersandar pada sunnah Rosululloh. 

Sebagaimana Al-Qur’an menjelaskan :

وأَنْزَلْنَاإليكَ الذِكْرَ لِتُبَيِّنَ للناسِ مانُزِّلَ إليهمْ وَلَعَلّهم يَتَفكّرونَ

Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka berfiikir. (An-Nahl : 44). 

 Lafadz Adz-Dzikra dalam ayat di atas memiliki pengertian Al-Qur’an yang diturunkan bagi manusia dan dalam memahami pelaksanaannya, Rosululloh saw diberikan kewajiban untuk menjelaskannya karena apa yang diajarkan beliau bersandar pada wahyu Allah yang diberikan kepadanya. 
 Rosululloh saw bersabda 


ألاَ إِنّي أُوتِيتُ القرآنَ ومثْلَه معه (رواه أحمد وأصحاب السنن إلا النسائ

Sesungguhnya aku diberi Al-Qur‟an dan yang seperti Al-Qur‟an untuk menyertainya (Sunnah).
(HR. Ahmad dan Ashab As-Sunan kecuali An-Nasai) 

Dalam ayat lain dijelaskan

رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

"Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana". (Al-Baqarah : 129) 

Redaksi ayat

ويُعَلِّمُهم الكتابَ والحِكْمة

Menurut Qatadah bahwa lafadh hikmah mengandung pengertian sunnah. Ibnu Zaid mengartikan hikmah 

الحكمةُ الدينُ الذي لا يَعْرِفونه إلاّبه صلى الله عليه وسلم

Hikmah adalah agama yang tidak ada seorangpun yang mengetahuinya dengan pasti kecuali dengan penjelasan Rosululloh saw. 

Abu Ja’far Ath-Thabari mengomentari

الحكمةُ العِلْمُ بأحكامِ اللهِ التي لَمْ يُدْرَكْ علمُها إلاّ ببَيانِ الرسول صلى الله عليه وسلم
 
Hikmah adalah ilmu mengenai hukum-hukum Alloh swt, tidak ada yang mengetahui tentang ilmu tersebut kecuali dengan penjelasan Rosululloh saw. 

 Melihat penjelasan di atas bahwa Sunnah adalah ajaran Rosululloh saw sebagai tuntunan bagi umat Islam dan merupakan penjabaran dan penafsiran Al-Qur’an. 

PENGERTIAN JAMA’AH

 Lafadz Jama’ah tidak terdapat dalam Al-Qur’an sementara dalam Sunnah Rosululloh saw lafadz tersebut banyak di temukan, Para Peneliti Sunnah menemukan Lafadz jama’ah hanya dalam makna yang sama yaitu lawan kata dari perpecahan. 

Sebagaimana hadits Nabi saw :


الجماعةُ رحمةٌ والفُرْقَةُ عذابٌ رواه أحمد

"Jama'ah merupakan rahmat dan perpecahan adalah adzab" (HR. Ahmad) 

عليكم بالجماعةِ وإيّاكم وَالفُرْقةَ رواه أحمد والترمذي وابن ماجه بإسناد صحيح

 Pegang teguhlah jam’ah (persatuan) dan berhati-hatilah dari perpecahan (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah dengan isnad yang shoheh) 

 Jadi lafadz Jama’ah mengandung pengertian persatuan dan kesatuan bukan berarti kumpulan atau kelompok manusia. 

Al-Qur’an menjelaskan

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ

 "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai" (Ali Imron : 103) 

 Abu Ja’far Ath-Thobari menafsirkan ayat di atas sebagai berikut 

ولا تَتَفرّقُوا عن دين الله وعَهْدِه الذي عَهِد اللهُ إليكم في كتابه، من الائْتِلافِ والاجْتماعِ على طاعتِه وطاعةِ رسولِه صلى الله عليه وسلم
 
Dan janganlah kalian bercerai berai dari agama Alloh swt dan janji-Nya sebagaimana Alloh telah berjanji kepada kalian di dalam kitab-Nya, yakni keharusan kebersamaan dan persatuan dalam keta'atan kepada-Nya dan keta'atan kepada Rosul-Nya.

 Dengan demikian dapat difahami bahwa jama’ah berasal dari ijtima (bersatu) dalam dasar-dasar yang telah tetap dalam Al-kitab, As-sunnah dan ijma & qiyas  serta mengikuti apa yang dipegang oleh ulama salaf (sahabat) yaitu konsisten dengan kebenaran dan mengikuti sunnah nabi serta menjauhi bid’ah-bid’ah dan hal yang diada-adakan di dalam ibadah , lawan kata dari jama’ah dalam pengertian ini adalah perpecahan dalam agama. 

 Rosululloh saw bersabda : 

وإنّ هذه الأمّةَ ستَفْتَرِق على ثلاثٍ وسبعينَ مِلّةً كلُّها في النار إلاّ واحدةً وهي الجماعةُ رواه أبوداود
وغيرُه

"Sesungguhnya umat ini akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga aliran, seluruhnya akan masuk neraka kecuali yang satu, yaitu jama’ah." (HR. Abu Daud dan lainnya) 

Jama’ah dengan pengertian di atas berarti tidak disyaratkan banyak atau sedikitnya pengikut tetapi jama’ah adalah yang sesuai dengan kebenaran yang terdapat dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sekalipun kebanyakan manusia bertentangan dengan kebenaran tersebut.

Ibnu Mubarak ditanya tentang pengertian jama’ah siapa jama’ah yang bisa diteladani? Ibnu Mubarak menjawab : Abu Bakar dan Umar.

 Abu Ishaq bin Rahawaih berkata : Sesungguhnya jama’ah adalah seorang Alim yang berpegang teguh terhadap sunnah dan cara-cara Rosululloh, dan barangsiapa yang bersama dan mengikutinya maka orang yang mengikuti tersebut disebut jama’ah.

Menurut Ibnu Mas’ud

الجماعةُ ما وافقَ الحقَّ وإنْ كنْتَ وحْدَكَ

Jama’ah adalah yang sesuai dengan kebenaran meskipun kamu hanya seorang diri.

AHLI SUNNAH WAL JAMA'AH

 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Ahli Sunnah Wal Jama‟ah adalah para pendahulu umat Islam dari golongan para sahabat dan golongan tabi’in yang telah sungguh-sungguh bersatu dalam kebenaran yang tegas dari Al-Qur’an dan Sunnah sebagai imamnya adalah Rosululloh saw, dan setiap orang yang berda’wah sebagaimana yang telah dida’wahkan oleh Rosululloh, para sahabat dan tabi’in sampai hari kiamat dan selalu menjaga sanad washilah yang bertemu dengan rosululloh dan tidak cuma berdasarkan kitab / buku semata serta tidak melakukan Ijtihad tanpa mememnuhi syarat ilmunya. 
, termasuk di dalamnya mereka yang mengikuti jalan yang telah ditempuh para ulama salaf ,Nahdhiyyin ,maka mereka disebut Ahlussunnah Wal Jama’ah. 

RISALAH WAJIBNYA DZIKIR HIFDHIL NAFAS YANG SELALU KITA LALAIKAN...


Dzikir Hifdzil nafsi adalah dzikir melalui hembusan nafas .
Dengan CARA ketika saat Menyedot & Menghirup nafas di ikuti dengan dzikir hayat (هو  ) dan ketika mengeluarkan Tanaffas di ikuti dengan dzikir ismu Dzat ( الله  ) karena dengan dzikir nafas ini kita akan selalu mengerti dalam diri kita mempunyai IMAM yang haq yang selalu kembali kepada alloh dan untuk alloh .. imam nafas ini yang akan memimpin gerak seluruh jama'ahnya (anggota badan) ini tanpa komando suara / pun gerak  isyarah 


" تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَإِمَامَهُمْ

“Tetaplah kamu pada Jama’ah Muslimin dan Imam mereka “

واَعْتصِمُواْ بِحَبْلِ الله جَمِيْعًا وَلاَ تَفَـرَّقوُا وَاذْ كـُرُو نِعْمَتَ الله عَلَيْكُمْ إٍذْكُنْتُمْ أَعْـدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلـُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَاناً وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفاَ خُـفْرَةٍ مِنَ النَّاِر فَأَنْقـَدَكُمْ مِنْهَا كَذَالِكَ يُبَبِّنُ اللهُ لَكُمْ اَيَاتِهِ لَعَلـَّكُمْ تَهْـتَدُونَ ’{ال عـمران103

“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Alloh dan janganlah kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Alloh atas kamu semua ketika kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Alloh) menjinakkan antara hati-hati kamu maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka Alloh mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Alloh menjelaskan ayat ayatnya agar kamu mendapat petunjuk''

هُوَ حَبْلُ اللهِ المَتِيْنُ وَصِرَاطُهُ الْمُسْتَقِيْمَ"


 Al-Qur’an itu adalah tali Alloh yang kokoh dan jalan-Nya yang lurus.


اِنَ هَذاَالْقُرْأَنَ هُوَ حَبْلُ اللهِ الْمَتِيْنُ وَهُوَ النُّوْرُ الْمُبِيْنُ وَهُوَ الشِّفاَءُ النَّافِعُ عِصْمَةَ لِمَنْ تَمَسَّكَ بِهِ وَنَجَاةً لِمَنِ اتَّبَعَهُ

“Sesungguhnya Al-Qur’an adalah tali Alloh yang kokoh, cahaya yang menerangi, penawar yang memberi manfaat, sebagai penjaga bagi orang yang berpegang teguh dengannya dan penyelamat bagi yang mengikutinya“

كَتَبَ اللهُ هُوَ حَبْلُ اللهُ المَمْدُودُ مِنَ السَّـمَاءِ اِلَى الآَرْضِ"

“Kitab Alloh itu adalah tali Alloh yang di ulurkan dari langit ke bumi “
.

مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

"Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi, tentang apa yang telah ditetapkan Alloh baginya. (Alloh telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Alloh itu suatu ketetapan yang pasti berlaku," – (QS.33:38)

Siapakah Arif billah ini ?? yaitu orang-orang yang selalu mendahulukan wajibulloh dan sunnah rosululloh .


الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا

"(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Alloh, mereka takut kepada-Nya, dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Alloh. Dan cukuplah Alloh sebagai Pembuat Perhitungan." – (QS.33:39)

dan orang - orang tasawuf ini tidak mengingkari ketetapan alloh dan rosul,sehingga ulama' Arif 
dan para ulama' sufi menafsiri bahwasanya lafadz ( حَبْلُ اللهِ)  itu adalah jasarul hayat (tali kehidupan)

واما حبل الحي وهو اربعة احدها نفس وهو داخل فقط وهي حمد الروح الذي تسمي حمد ينقطع وصلاة ليست بوقة ولا وضؤ وثانيها تنفس وهو الخارج فقط هي نظر الروح وثالثها انفس وهو لا سكن ولا يتحرك هي عرفية الروح ورابعها نفس وهو لا مخرج ولا مدخل هي قدرية الروح

artinya :
Adapun talinya kehidupan (antara kholiq dan mahluq ) ada empat  :

1- NAFAS : adapun yang di maksud nafas ini adalah tarikan yang masuk saja (angin yang masuk) dan di sebut PUJI RUH (pujinya pada kehidupan) dan di namakan pujian yang tak putus atau sholat yang tidak memakai waktu,wudhu (sholat langgeng / kekal)

2- TANAFFAS : adapun tanaffas ini adalah hembusan nafas yang keluar saja dan di sebut PENGLIHATANY RUH 

3-ANFAS : adapun anfas ini adalah hembusan yang tidak bergerk dan tidak diam dan ini terjadi saat di beri kefahaman akan sesuatu dan ini di sebut PENGERTIANNYA RUH .

4-NUFUS : adapun yang di sebut nufus ini adalah hembusan yang tidak masuk dan tidak keluar dan ini terjadi ketika kita menggunakan kekuatan kita dan ini di sebut KUASANYA RUH .

Dan selama keempatnya masih berkumpul dan meliputi serta bersamaan jasad ,pastilah yang Namanya KEHIDUPAN MASIH BERKEWAJIBAN DZIKIR.

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ

Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati, melainkan dengan ijin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." 

بَلِ اللَّهُ مَوْلاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ

"Tetapi (ikutilah Alloh), Alloh-lah Pelindungmu, dan Dia-lah sebaik-baik Penolong."

dan TALI inilah yang menjadi PENGHUBUNG ANTARA kholiq dan mahluq dan itu di lupakan oleh para umat islam pada umumnya . padahal dzikir (ingat) tali ini kita pasti akan tahu betapa tidak berdayanya jasad tanpa adanya keempat ungsur ini ,dan Syeikh Allamah Bin Ali mengumpulkan fatwa ulama' 'aarif dalam kitab Nya ... keterangan ini bersandar pada Firman alloh :


الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Alloh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Robb-kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (surat al-imron 191) dan surat al-nisa' ayat 103 :


فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Alloh di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah sholat itu (sebagaimana biasa)." 


قد اجمع العراف جلهم علي # ان افضل الطاعات لله العلي 

Para Ulama' arif billah telah sepakat bahwa sesunggguhnya (ingat) yang paling utama taat kepada yang maha agung (alloh) adalah 
حفظ لانفاس يكون خروجها  #  ودخولها بالله في الملاء الخلا

dengan mengingat Nafas ,dimana keluar dan masukNya nafas selalu menyebut alloh dalam setiap desahanNya  

وقدر الشأن باءدخال النفس #  وبالخروج انو لذات اقدس 

Pastikanlah dalam dzikir nafas dengan dhomir " هو " Saat memasukkan (menarik) nafas 

وذاك أفضل وانفع اذا # رعيت نفسا كل حين تحتذي

dan ketika mengeluarkan tanffas  pastikanlah menyebut ismu dzat alloh yang maha suci dan maha mensucikan


karena yang demikian itu adalah lebih utam dan lebih bermanfaat jika kamu menjaga keluar masuknya nafas setiap waktu tanpa terputus dan berubah maka kamu telah mensyukuri dengan dzikir (ingat) kehidupanMu 


لانه من جوهر الاعمار # يثمر للاسرار ولانوار

karena yang demikian itu adalah salah satu MUTIARA HAYAT (umur) dan juga bisa membuahkan CAHAYA serta membuahkan HIKMAH dari RAHASIA alloh Yang maha agung.

SEMUA telah di jelaskan dalam ayat-aya alfurqon ..
bahwa Diri kita itu selalu dalam maksiat (keingkaran yang tidak kita sadari)

Kita hidup Senantiasa dalam kesaksian, setiap kita diberi hati oleh Allah dan di dalam hati itu ada nur, partikel hidayah terkecil diberikan kepada kita. Dari situlah kita bisa mengenal diri kita tanpa harus bertanya kepada orang yang terdekat sekalipun. Hati nurani itu akan menjelaskan bahkan menceritakan dengan apiknya, semua kejadian-kejadian dengan lengkap.

Perbuatan maksiat apa yang kita lakukan yang lalu atau tadi malam, hati nurani itu merekan dan tidak ada yang tidak dicatat.

Firman Alloh: 

إِنَّ اْلإِنْسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ , 

artinya : “Sungguh manusia itu benar-benar ingkar / kufur kepada Alloh” (QS. 100 Al-Aadiyat : 6)

ذِكْرُاللهَ عَلَمُ الاِيْمَانِ وَبَرَاءَةُ مِنَ الِنَّفَاقِ – وَصِصْسِ مِنَ الشَّيْطَانِ وحِرْزِمِنَ النَّرانِ ,

artinya :

“Dzikir kepada Alloh itu adalah tanda bendera iman, terlepas dari sifat munafik, 
terpelihara dari Syetan dan terpelihara dari api neraka”

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا

"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan mengingat) Alloh, dzikir yang sebanyak-banyaknya." – (QS.33:41) 

وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلا

"Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang." – (QS.33:42)


هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا

"Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu, dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman."

تَحِيَّتُهُمْ يَوْمَ يَلْقَوْنَهُ سَلامٌ وَأَعَدَّ لَهُمْ أَجْرًا كَرِيمًا

"Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Mukmin itu), pada hari mereka menemui-Nya (hari kiamat), ialah: 'Salam'; dan Dia menyediakan balasan kemulian bagi mereka ." – (QS.33:44)

SEMOGA KITA SELALU DALAM HIDAYAH PETUNJUK ALLOH ... KALO BUKAN DIRI KITA SIAPA YANG AKAN MENGINGATKAN  DIRI INI ..... 

WALLOHU A'LAM ... 

Rabu, 01 Agustus 2012

RISALAH SEPUTAR TASAWUF




Sekitar Ilmu Tasawwuf dan ahli tasawwuf

Ilmu tasawwuf merupakan salah satu cabang dari lmu-ilmu Islam yang utama dan cukup penting meliputi diantara yang lainnya. Yaitu ilmu tauhid, ilmu fiqih dan ilmu ahlak. 

Ilmu tauhid bertugas membahas soal-soal i’tiqod, seperti i’tiqod mengenai ketuhanan, kerasulan, hari akhirat, dlsb. Ilmu fiqih bertugas membahas soal-soal ibadat lahir, seperti sholat, puasa, zakat, naik haji, & lain sebagainya.

Ilmu tasawuf bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan ahlak dan budi pekerti ; bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadu', muroqobah, mujahadah, sabar, ridho, tawakkal. serta mengkaji hakikat syarat sahnya bertauhid.

Ringkasnya, tauhid takluk kepada i’tiqod, fiqih takluk kepada amal ibadah, dan tasawuf takluk kepada ahlak. Kepada setiap orang Islam dianjurkan supaya ber-i’tiqod sebagaimana yang diatur dalam ilmu tauhid, supaya beribadah sebagaimana yang diatur dalam ilmu fiqih, dan supaya berakhlak sesuai dengan ilmu tasawwuf.

 tasawuf adalah suatu metode penyucian jiwa dan pembening hati, yang menjadi bekal utama manusia dalam menggeluti ranah kehidupannya yang, pada dasarnya tidak pernah terlepas dari berbagia macam persoalan dalam kehidupan sehari-sehari . Tasawuf membimbing manusia dalam pengembangan kinerja ukhrawi dan sekaligus juga duniawi dan tidak terjebak oleh perkembangan zamannya.

Sudah mafhum difahami adanya ilmu-ilmu tersebut dalam agama kita.

Tentang dalil atau dasar-dasar landasan bahwa ilmu tasawwuf sebagai ilmu atau bagian dari tradisi islam awal (masa rasululloh SAW dan para sahabat), antara lain dapat diketahui dari mabadi :

1. Adanya ulama-ulama besar yang menjadi tokoh dalam ilmu ini, seperti Syeikh Hasan Bashri (wafat 110 H), Syeikhah Rabiah Adawiyah (wafat – 135 H),Syeikh abu muhammad ibnu al-'arobi , Syeikh Sufyan Tsauri (wafat – 161 H), Syeikh Ibrahim bin Adam (wafat – 161 H), Syeikh Syaqiq Al Balkhi (wafat – 195 H), Syeikh Ma’ruf Karkhi (wafat – 200 H), Syeikh Siri Siqthi (wafat – 297 H),Syeikh Al-Husain ibn Manshur al-Hallaj, Syeikh Dzin Nun Al-mishri (wafat 245 H), Syeikh Junaidi Al-baghdadi (wafat 297 H), Syeikh Abu Yazid Al-bushtomi, Syeikh Abu Thalib Al-makki (wafat 386 H), Syeikh Al-qusyaeri (wafat 465 H), Ahmad al-Faruqi al-Sahrandi ,Syeikh abdul karim al-jilli , Syeikh Athoo'illah assakandari ,Hujatul Islam Syeikh Abu Hamid bin Muhammad Al-ghozali (wafat 505 H), dll.

Beliau-beliau ini yang menggodog, merumuskan dan langsung membukukan ilmu-ilmu ini secara sistimatik. Serta sesudah kewafatan beliau-beliau, munculah ulama-ulama islam yang mengikuti jejak beliau-beliau itu dengan mengarang buku-buku atau kitab-kitab yang bertalian serta menjelaskan tentang pengalaman serta sudut pandang masing-masing dan semua saling menguatkan. Sehingga sampai sekarang kita dapat menikmati karya beliau-beliau itu dengan membaca kitab-kitabnya dan mempelajari pendapatnya sebagai cakrawala penerang HATI untuk mengenal DIRI yang sesungguhnya.

2. Sanad atau guru-guru tokoh tersebut tiada lain dari masa tabi’in adalah dari para shohabat seperti sayidina Ali KW, Sayidina Utsman ibnu Affan ra, Sayidina Umar ibnu Khotob ra, Sayidina Abu Bakar ra, dll, dari Rosululloh SAW, dari Malaikat jibril dan dari Alloh SWT agar selalu terjaga kemurnian serta disiplin ilmunya serta tidak asal berpendapat yang tidak bisa di pertanggung jawabkan karena sanad guru lebih afdhol dari pada sanad buku / kitab yang tidak bisa di pertanggung jawabkan.

3. Adanya kitab-kitab yang tersiar dalam bidang ilmu tasawuf yang mu’tabar, Nahjul balaghoh (Saiyidina 'ali  RA) Fushususulhikam ,futukhah al-makiyah (ibnu-al-'arobi) Insan Kamil (abdul karim al-jilli) Al-Hikam (athoo'illah assakandari)  al : Ihya ‘Ulumuddin (Imam Ghozali), Mukhtasar Ihya ‘Ulumuddin (Al-Qasimi), Risalah Al-Qusyairiyah (Al-Qusyaeri), , dll.

4. Adanya -pengamal- atau pengikut ajaran ilmu tasawwuf ini yang sangat ta’at. Antara lain yang mengikuti faham ahlussunnah wal jamaah dalam hal i’tiqod, syari’ah dan ahlak.

5. Bidang kajian teori ilmu ini seperti yang disebutkan di atas adalah bertugas membahas soal-soal yang bertalian dengan ahlak dan budi pekerti. Bertalian dengan hati, yaitu cara-cara ikhlas, khusyu, tawadu, muroqobah, mujahadah, sabar, ridho, tawakkal. dan lain sebagainy. Landasan nya tiada lain Al-qur’an dan sunnah Nabi SAW (Aqwal/hadits. Af’al, dan Taqrirot) serta atsar shohabat.

6. Hakekat Ilmu tasawwuf antara lain seperti yang dikemukan pendapat Ibnu Kholdun (wafat 1406 M), beliau berkata ; “Asal pokok dari ajaran tasawwuf itu adalah bertekun beribadah, berhubungan langsung kepada Tuhan, menjauhkan diri dari kemewahan dan kemegahan duniawi, tidak suka pada harta dan tuah/pengaruh yang diburu orang banyak, dan bersunyi-sunyi diri dalam melaksanakan ibadat kepada Tuhan”.

Dari keterangan Ibnu Kholdun yg ringkas ini dapat diambil kesimpulan bahwa orang-orang tasawwuf itu adalah orang yang :
Tetap bertekun beribadat kepada Tuhan
Memutuskan pergantungan hatinya selain kepada Alloh taala
Menjauhkan diri dari kemewahan-kemewahan duniawi
Menjauhkan diri dari berfoya-foya dengan harta benda dan pengaruh/tuah
Berkholwat atau bersunyi-sunyi dalam melaksanakan ibadat.

Lalu Ibnu khaldun melanjutkan keterangannya : “Hal ini dilaksanakan oleh sahabat-sahabat Nabi SAW dan orang-orang Salaf, tetapi kemudian pada kurun ke 2 hijriyah, setelah orang-orang berebut-rebutan mengejar dunia, dan orang-orang sudah enak-enak dalam masyarakat keduniaan, maka orang-orang yang tetap tekun beribadat sebagai sediakala dinamai dengan orang-orang Tasawwuf”.

Dari pandangan Ibnu Kholdun yang diberikannya secara global ini dapat diambil kesimpulan dan beberapa pengertian :

Nabi SAW dan sahabat-sahabat beliau beramal atau berbudi pekerti sesuai dengan Tasawuf dan bahkan amal dan akhlak orang Tasawuf bersumber kepada amal Nabi dan sahabat-sahabat beliau.
Ajaran dalam Tasawuf adalah ajaran-ajaran yang berdasarkan Qur’an dan Hadits dan amal-amal sahabat Nabi, tidak ada yang menyimpang dari itu.

Dan pada kurun ke 2 H –orang-orang Islam boleh dikatakan sudah ada yang lupa daratan, sudah mewah-mewah, sudah berfoya-foya, sudah menumpuk-numpuk harta, sudah sombong menyombongkan diri, sudah banyak yang takabur-.

Sebagai reaksi dari keadaan itu banyak pula orang-orang Islam ingin tetap sebagai sediakala, sebagaimana yang diwariskan dari zaman Nabi SAW dan zaman sahabat-sahabat, yakni kehidupan sederhana.
Orang-orang inilah yang dinamakan orang Tasawuf atau orang sufiyah.

Ilmu tasawwuf itu tidak bertentangan dengan Al-qur’an dan Sunnah Nabi, dan bahkan Qur’an dan Sunnah Nabi itulah yang menjadi sumbernya. Juga tidak bertentangan dengan syari’at lahir, tetapi berlainan lapangan. Andaikata ada kelihatan orang2 tasawwuf yang menyalahi syari’at, umpamanya ia tidak sholat, tidak sholat jum’at ke masjid atau sholat tidak berpakaian, makan siang hari pada bulan puasa, maka itu bukanlah orang tasawuf. Tetapi tasawuf pura-pura, kalau tidak akan dikatakan orang sinting.

KHUTBAH NABI SAW MENYAMBUT RAMADHAN KARIEM



“Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Alloh telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyam di malam harinya suatu tathowwu’.”



“Barangsiapa mendekatkan diri kepada Alloh dengan suatu pekerjaan kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.”



“Romadhon itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Romadhon itu adalah bulan memberi pertolongan (syahrul muwasah) dan bulan Alloh memberikan rizqi kepada mukmin di dalamnya.”



“Barangsiapa memberikan makanan berbuka seseorang yang berpuasa, adalah yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang.”



Para sahabat berkata, “Ya Rosulalloh, tidaklah semua kami memiliki makanan berbuka puasa untuk orang lain yang berpuasa. Maka bersabdalah Rosululloh saw, “Alloh memberikan pahala kepada orang yang memberi sebutir kurma, atau seteguk air, atau sehirup susu.”



“Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Barangsiapa meringankan beban dari budak sahaya (termasuk di sini para pembantu rumah) niscaya Alloh mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.”



“Oleh karena itu banyakkanlah yang empat perkara di bulan Romadhon; dua perkara untuk mendatangkan keridho'an Tuhanmu, dan dua perkara lagi kamu sangat mengharapkannya.”



“Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Alloh dan mohon ampun kepada-Nya . Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka. namun bagaimana kamu lalai dalam bias-bias surga dan neraka jika pertemuanmu dengan alloh dalam tauhidNya akan menghapus keduanya ”

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي صَعْصَعَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ لَهُ ذَلِكَ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ زَادَ إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَخْبَرَنِي أَخِي قَتَادَةُ بْنُ النُّعْمَانِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 



Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Abdurrohman bin Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Sha'sha'ah dari Ayahnya dari Abu Sa'id Al Khudzri, bahwa ada seorang laki-laki mendengar seseorang yang membaca QULHUWALLAHU AHAD (QS.Surat al-ikhlas), ia mengulang-ulanginya. Pagi harinya, ia menemui Nabi shollallohu 'alaihi wasallam dan mengutarakan kisahnya yang seolah-olah si laki-laki tadi menganggap terlalu remeh (sedikit) bacaannya. Spontan Rosululloh Shollallohu'alaihiwasallam bersabda: Sungguh surat tadi menyamai sepertiga alquran. Dan Ismail bin Ja'far menambahkan dari Malik dari Abdurrahman dari Ayahnya dari Abu Sa'id telah mengabariku saudaraku Qotadah bin Nu'man dari nabi shollallohu 'alaihi wasallam.77.4/6826



 
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا زُهَيْرٌ حَدَّثَنَا مُغِيرَةُ حَدَّثَنَا شَقِيقُ بْنُ سَلَمَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ كُنَّا نُصَلِّي خَلْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَقُولُ السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ 



. Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Zuhair telah menceritakan kepada kami Mughirah telah menceritakan kepada kami Syaqiq bin Maslamah berkata, Abdullah berkata, 'Pernah kami shalat di belakang Nabi shollallohu 'alaihi wasallam dan kami mengucapkan, 'ASSALAMU ALALLOHI (Semoga keselamatan atas Alloh) ', maka beliau berkata: 'Sesungguhnya Alloh adalah Assalaam', namun katakanlah olehmu sekalian:

'ATTAHIYAATULILLAH WA ASH SHALOWAATU WATH THOYYIBAT ASSALAAMU ALAIKA AYYUHANNABIYU WA ROHMATULLOHI WA BARAKAATUHU ASSALAAMU 'ALAINA WA 'ALA 'IBAADILLAHISH SHOOLIHIINA ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLAALLAHU WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH

(Segala pujian milik Alloh', dan kesejahteraan serta segala kebaikan, semoga kesejahteraan atasmu wahai nabi shollallohu 'alaihi wasallam, juga rahmat Alloh dan barakah-Nya. Dan semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kita, dan hamba-hamba Alloh yang sholeh, saya bersaksi bahwa tiada sesembahan yang hak selain Alloh semata dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya) '.77.11/6833



“Barangsiapa memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Alloh memberi minum kepadanya dari air kolam-Ku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.” (HR. Ibnu Huzaimah).

Berkata Dzun Nun Al-Mishri :

“Ciri-ciri orang yang mencintai Alloh ialah siapa yang mengikuti kekasih Alloh Nabi Muhammad SAW dalam ahlak, perbuatan, suruhan dan sunnah beliau“. 

“Kalau kamu melihat seseorang yang diberi karomah sampai ia terbang di udara, jangan kamu tertarik kepadanya, kecuali kalau ia melaksanakan suruhan agama dan menghentikan larangan agama dan membayarkan sekalian kewajiban syari’at”. .

Maka ahli Sufi yang tulen mesti menuruti ahlak, perbuatan, dan sunnah Nabi SAW. Andaikata kelihatan seorang Sufi melanggar syari’at, maka ia bukanlah ahli sufi.

Ajaran ilmu tasawwuf sudah jelas, tiada lain yaitu meliputi tiga hal unsur penting ,Islam, Iman dan Ihsan / ahlak. Landasannya sebagaimana sabda Nabi SAW 



عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَيْضاً قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ، لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ، وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ، حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّد أَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : اْلإِسِلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَتُقِيْمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكاَةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلاً قَالَ : صَدَقْتَ، فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ، قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِيْمَانِ قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ. قَالَ صَدَقْتَ، قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنِ اْلإِحْسَانِ، قَالَ: أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ . قَالَ: فَأَخْبِرْنِي عَنِ السَّاعَةِ، قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ أَمَارَاتِهَا، قَالَ أَنْ تَلِدَ اْلأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِي الْبُنْيَانِ، ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا، ثُمَّ قَالَ : يَا عُمَرَ أَتَدْرِي مَنِ السَّائِلِ ؟ قُلْتُ : اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمَ . قَالَ فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتـَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ : رواه مسلم

Artinya : Dari Sayidina Umar bin Khottob ra, beliau berkata : “Pada suatu hari ketika kami bersama-sama Rasululloh SAW, datang seorang laki-laki berpakaian putih dan rambut hitam, tetapi tidak nampak bahwa ia orang musafir dan kami tidak seorangpun yang kenal dengan orang itu. Ia duduk berhadapan dengan Nabi SAW dengan mengadu lututnya dengan lutut Nabi SAW dan meletakkan tangannya di atas pahanya. Lalu ia bertanya ; Hai Muhammad, coba ceritakan kepadaku tentang Islam, Nabi menjawab ; Islam ialah engkau akui bahwa tiada Tuhan selain Alloh dan Muhammad itu Rasululloh, engkau kerjakan sholat, engkau tunaikan zakat, engkau lakukan puasa bulan ramadhan, engkau naik haji kalau kuasa. Laki-laki itu menjawab, benar. Kami heran, kata Umar bin Khottob ra, Ia bertanya dan ia pula yang membenarkan.

Lalu ia bertanya lagi ; Coba ceritakan tentang IMAN ya rosulalloh ??
Nabi menjawab secara Umum Iman ialah supaya engkau percaya kepada Alloh, Malaikat-Nya, Rasul-Nya, hari akhirat dan percaya dengan takdir buruk baiknya. Ia menjawab, benar. Ia bertanya lagi ; Apa ihsan itu ?. Nabi menjawab ; Bahwa engkau menyembah Tuhan seolah-olah engkau melihat-Nya, tetapi kalau engkau tidak dapat melihat-Nya, maka IA melihat akan engkau. Ia bertanya lagi ; Kapan hari qiyamah ?. Nabi menjawab ; Yang bertanya lebih tahu dari yang ditanya. Ia bertanya lagi ; Coba ceritakan tanda-tandanya!. Kalau sudah melahirkan budak akan tuannya dan kalau sudah bermegah-megah dengan rumah-rumah tinggi si penggembala kambing yang miskin.

Kemudian laki-laki itu berjalan, kata Sayidina Umar. Tidak lama kemudian Nabi bertanya kepada kami : hai Umar, tahukah engkau orang yang bertanya itu ?. Jawab saya ; Tuhan Alloh dan rasul-Nya yang lebih tahu. Nabi menjelaskan ; Itulah Malaikat Jibril, ia datang untuk mengajarkan agamamu’. (HR Imam Bukhari dan Muslim ; Syarah Muslim 1 ; 157-160).

Dalam memberi komentar Hadits ini, Imam Bukhari mengatakan bahwa ketiga-tiganya, yakni Islam, Iman dan Ihsan adalah Agama. (Kitab Hadits Bukhari 1 ; 15).

Hadits ini mengisyaratkan pada tiga unsur yang terdapat dalam agama Islam, yaitu Islam, Iman dan Tasawuf. Porsi Ihsan adalah ajaran muroqobah, tahalli, tajalli ; yang ada dalam tasawwuf. Upaya mensucikan diri, jiwa dan pikiran agar senantiasa dekat dicintai Alloh SWT.

pentingnya tasawuf dalam kehidupan sehari-sehari itu adalah cermin ahlak rosululloh saw . dan pentingnya ilmu tauhid dalam keseharian sebagai pengesahan antara batal dan tertolaknya setiap ubudiyahnya umat islam . semoga kita selalu belajar dan belajar dan jadikan hari-harimu sibuk dengan duniawi semata .....

=====================( ooOOOoo )==================

NAHJUL BALAGHOH MENURUT PANDANGAN SEJARAH

                                                                        


 Imam Ali
                 

Nahjul Balaghoh merupakan kitab yang berisi kompilasi khotbah, surat, dan ucapan-ucapan Imam Ali bin Abi Thalib as yang penuh makna dan hikmah, yang dikumpulkan oleh Sayyid Rodhi.Khotbah-khotbah Imam Ali as dinilai dan dihormati sedemikian tingginya di dunia Islam, sehingga hanya dalam waktu seabad setelah wafatnya, khotbah-khotbah itu telah diajarkan dan dibacakan sebagai kata terakhir di dalam Filsafat Tauhid, sebagai ceramah-ceramah bagi pembangunan watak, sebagai sumber inspirasi yang luhur, sebagai khotbah-khotbah meyakinkan ke arah taqwa, sebagai mercu penunjuk ke arah kebenaran dan keadilan, sebagai karya pujian yang menakjubkan tentang Nabi Muhammad (saw) dan Al-Quran al-Karim, sebagai pembicaraan yang meyakinkan tentang nilai-nilai spiritual Islam, sebagai diskusi-diskusi yang menakjubkan tentang sifat-sifat Tuhan, sebagai karya utama kesusastraan, dan sebagai model seni retorika dan keterampilan berbahasa. 

ABAD PERTAMA

Menurut kitab biografi yang termasyhur, Rijal al-Kabir, orang pertama yang mengumpulkan khotbah-khotbah ini di dalam sebuah kitab adalah Zaid ibn Wahab Jahmi (w. 90 H.) yang dipandang sebagai perawi Hadis.


Jadi, dalam masa 30 tahun setelah wafatnya Imam Ali dan selama abad pertama Hijrah, khotbah-khotbah, surat serta ucapan-ucapannya telah dikumpulkan, dikutip, dan dipelihara.

ABAD KE-2

Pada abad ke-2, teladan Ibn Wahab Jahmi diikuti oleh :

(1) ’Abdul Hamid ibn Yahya (132 H.), seorang kaligrafis termasyhur pada masa Abbasiyyah, dan


(2) Ibn al-Muqoffa (142 H.) mengambil alih tugas pengumpulannya. Jahizh al-Utsmani mengatakan bahwa Ibn al-Muqoffa telah menelaah khotbah-khotbah itu dengan sangat cermat dan biasa mengatakan bahwa is telah memuaskan dirinya dari sumber pokok iimu pengetahuan dan kebijaksanaan dan setiap hari ia mendapatkan inspirasi baru dari khotbah-khotbah Imam Ali ini. 

(3) Ibn Nadim, dalam kitab biografinya al-Fihrist, mengatakan bahwa Hisyam Ibn Sa’ad al-Kalbi (146 H.) juga telah mengumpulkan khotbah-khotbah ini. (al-Fihrist, lbn Nadim, jil. 7, hlm. 251)


Sejak abad itu dan seterusnya, abad demi abad, pars ulama, sejarawan dan ahli Hadis, membacakan khotbah-khotbah ini, mengutipnya dan membahas makna kata-kata Beserta ungkapan yang digunakan Imam Ali, dan mengacunya bilamana mereka memerlukan rujukan tentang teologia, etika, Sunnah dan Al-Quran, atau tentang kesusastraan dan retorika.

ABAD KE-3

1. Dalam abad ketiga, ’Umar ibn Bahr al-Jahizh (w. 255 H.; 688 M.) mengutip banyak khotbah dari Nahjul Balaghoh dalam kitabnya al-Sayan wa at-Tabyin.

2. Ibn Qutaibah ad-Dainuri (w. 276 H.), dalam kitab-kitabnya ’Uyun al-Akhbar, dan Gharib al-Hadits mengutip banyak khotbah dan membahas pengertian dari banyak kata-kata dan ungkapan yang digunakan Imam Ali.

3. Ibn Wadhih al-Ya’qubi (w. 278 H.) menuliskan banyak khotbah dan ucapan Imam Ali dalam kitab Tarikh-nya.

4. Hanifah ad-Dainuri (280 H.) dalam kitabnya, Akhbar ath-Thiwal mengutip banyak khotbah dan ucapan Imam Ali.

5. Abul ’Abbas al-Mubarrod (286 H.), dalam bukunya Kitab al-Mubarrod, juga mengumpulkan banyak khotbah dan ucapan Imam Ali.

ABAD KE-4

1. Sejarawan al-Thabari (310 H.) mencatat beberapa dari khotbah ini di dalam kitabnya Tarikh al-Kabir.

2. Al-Halabi (320 H.) telah mengutip khotbah-khotbah ini di dalam kitabnya Tuhfat al-’Uqul.
Para penuiis yang berikut ini pun telah mengutip Khotbah-khotbah dan ucapan-ucapan dari Nahjul Balaghoh ini secara besar-besaran di dalam kitab-kitab mereka.

3. Ibn Warid (346 H.) dalam al-Mujtabni.

4. Ibn ’Abdi Rabbih (328 H.) dalam bukunya ‘Iqd al-Farid.

5. Siqat al-Islam Kulaini (329 H.) dalam al-Kafi.

6. Ali ibn Muhammad ibn ’Abdullah al-Mada’ini (335 H.) mengumpulkan khotbah-khotbah, Surat-Surat dan ucapan-ucapan Imam Ali dalam kitabnya Yaquth al-Hamawi menyebutkan tentang kitab ini di dalam Mu’jam al-Udaba’, jilid 5, hlm. 313.

7. Sejarawan Mas’udi (346 H.), dalam Muruj adz-Dzahab, telah mengutip beberapa dari Surat dan khotbah Imam Ali.

8. Abul Faraj al-Isfahani (356 H.) dalam al-Aghoni.

9. Abu Ali al-Qali (356 H.) dalam an-Nawadir.

10. Syekh Shaduq (381 H.) dalam Kitab at-Tauhid, banyak mengutip khotbah, surat dan ucapan-ucapan ini.
ABAD KE-5

1. Syekh Mufid (421 H.) di dalam Kitab al-lrsyad, telah mengutip banyak khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali.

2. Sayyid Rodhi (420 H.) telah menyusun kumpulan khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali as dan diberi judul : Nahjul Balaghoh.

3. Syekh Tha’ifah Abu Ja’far Muhammad ibn Hasan at-Thusi (460 H.) yang hidup sezaman dengan Sayyid Radhi telah mengumpulkan beberapa dari khotbah ini jauh sebelum Sayyid Rodhi melaksanakan karyanya.Yang dapat dikumpulkan Sayyid Radhi dalam Nahjul Balaghoh tidak seluruh khotbah dan ucapan Imam Ali. Mas’udi (346 H.) dalam kitabnya yang terkenal, Muruj adz-Dzahab (jilid II, him 33, cetakan Mesir) mengatakan bahwa khotbah-khotbah Imam Ali saja, yang telah dipelihara oleh berbagai orang, berjumlah lebih dari 480 khotbah. Khotbah-khotbah ini diucapkan langsung tanpa persiapan.


Orang-orang telah menyalinnya dan telah menyusunnya dalam bentuk kitab; mereka membacakannya dan mengutip bagian-bagiannya ke dalam kitab-kitab mereka.Nampaknya dari 480 khotbah itu sebagian telah hilang, dan yang dapat dliperoleh Sayyid Radhi hanya sekitar 245 khotbah. 


Di samping itu, ia juga telah mengumpulkan 75 pucuk surat dan lebih 200 ucapan. Hampir setiap khotbah, surat dan ucapan yang terkumpul di dalam Nahjul Balaghah terdapat di dalam kitab-kitab yang ditulis para penulis yang telah lama meninggal sebelum Sayyid Rodhi dilahirkan, sedangkan sebagiannya lagi terdapat di dalam karya-karya para penulis yang walaupun sezaman dengannya namun lebih tua daripadanya dan telah menulis kitab-kitab mereka sebelum Nahjul Balaghoh disusun.


Sedemikian banyak kutipan para sarjana Muslim dan non Muslim, para ulama, filosof dan sejarawan yang memuji khotbah-khotbah, ucapan dan surat-surat Imam Ali as. Jika seluruh komentar sarjana itu dikumpulkan, maka semua itu akan menjadi sebuah buku yang terdiri dari ratusan halaman. 

Sementara itu, di bawah ini hanya dicantumkan sebagian kecilnya saja.

1. Ibn Katsir (606 H.) sampai sekarang bukan saja diakui sebaga perawi hadis, tetapi juga seorang pakar besar tentang kata dan kosa kata. Kitabnya an-Nihayah wal Bidayah merupakan kitab sejarah dan makna kata-kata sulit dari Al-Quran dan Hadis. Di dalam kitabnya itu, ia membahas panjang lebar banyak perkataan, ungkapan dan kalimat-kalimat khotbah Imam Ali dari kitab Nahjul Balaghoh. la mengatakan bahwa sejauh berkaitan dengan sisi komprehensifnya, kata-kata Imam Ali hanya di bawah Al-Quran.

2. Allamah Syekh Kamaluddin ibn Muhammad Tholhah asy-Syafi’i (w. 652 H.), di dalam kitabnya yang terkenal Matholib as-Sa’ul, menulis : “Sifat Imam Ali as yang ke-4 adalah kefasihan dan kemahirannya di dalam seni bahasa. Beliau menonjol sedemikian rupa di dalam keahlian ini sehingga tiada seorang pun yang dapat berharap akan sampai kecuali ke tingkat debu sepatunya. Orang yang telah mengkaji Nahjul Balaghoh dapat membentuk suatu gagasan tentang kecanggihannya yang sangat tinggi di dalam bidang ini.

3. Ibn Abil Hadid (w. 655 H.) yang telah menulis sebuah kitab Syarh (komentar) berjilid-jilid tentang khotbah-khotbah itu, menulis: “Khotbah-khotbahnya, surat-surat dan ucapan-ucapannya begitu tinggi nilai sastra maupun kandungan maknanya, sehingga nilainya di atas kata-kata ucapan manusia biasa, dan hanya di bawah firman-firman Tuhan. Tiada yang dapat mengatasinya selain Al-Quran.” Pada bagian lain Ibn Abil Hadid mengatakan, “Kata-katanya adalah mukjizat Nabi Muhammad (saw). Ramalan-ramalannya menunjukkan bahwa pengetahuannya mengatasi manusia biasa.”

4. Allamah Sa’aduddin Taftazani (791 H.) di dalam Syarh al-Maqasid mengatakan bahwa, “Ali mempunyai penguasaan tertinggi atas bahasa, etika dan ajaran agama, dan pada saat yang sama ia adalah seorang orator ulung; khotbah-khotbahnya yang terkumpul di dalam Nahjul Balaghah menjadi saksi atas kenyataan ini.”

5. Allamah Ala’uddin al-Qusyaji (875 H.) dalam Syarh at-Tajrid menyatakan bahwa, “Kitab Nahjul Balaghoh yang merupakan khotbah-khotbah dan makna yang terkandung di dalamnya membuktikan bahwa tiada sesuatu yang dapat mengatasinya, kecuali Al-Quran.”




6. Syekh Muhammad Abduh (1323 H.) juga telah menulis sebuah Syarh Nahjul Balaghoh. la termasuk di antara pemikir modern yang menyadarkan dunia modern akan keindahan ajaran-ajaran Islam. Kata pengantarnya tentang Syarh-nya sendiri itu patut memperoleh kajian cermat Pada kata pengantarnya itu, Muhammad Abduh mengatakan bahwa setiap orang yang memahami bahasa Arab pastilah sependapat bahwa khotbah-khotbah dan ucapan-ucapan Ali hanya di bawah firman Alloh dan sabda Nabi Muhammad Saw. Kata-kata Imam Ali sedemikian sarat makna dan mengandung gagasan-gagasan yang begitu besar, sehingga kitab Nahjul Balaghoh ini harus dikaji dengan sangat cermat, diacu dan dikutip oleh para mahasiswa maupun guru. Guru besar dalam kesusastraan dan falsafah ini meyakinkan universitas-universitas di Kairo dan Beirut untuk memasukkan kitab Nahjul Balaghoh di dalam kurikulum untuk studi tingkat atas tentang kesusatraan dan falsafah

7. Penulis dan orator terkenal Syekh Musthafa al-Ghulayaini yang dipandang sebagai ahli Tafsir AI-Quran serta kesusastraan Arab, di dalam bukunya ’Arij az-Zahr, bab “Gaya Bahasa”, menulis: “Siapa yang dapat menulis lebih baik dari Ali. selain Nabi saw dan Alloh SWT.
Orang-orang yang hendak mengkaji standar-standar kesusastraan yang paling tinggi, haruslah mengkaji kitab Nahjul Balaghoh. Kitab itu mengandung pengetahuan yang sedemikian dalam dan nasihat-nasihat yang sedemikian menakjubkan tentang masalah etika dan agama sehingga kajian yang rutin atasnya akan membuat orang menjadi bijaksana, saleh dan berpikiran luhur dan akan melatihnya menjadi orator kaliber besar.”

8. Al-Ustadz Muhammad Muhyiddin, guru besar bahasa Arab pada Universitas AI-Azhar, Kairo, mengatakan bahwa Nahjul Balaghah merupakan suatu koleksi karya Sayyidina Ali yang disusun Sayyid Rodhi. la mengandung contoh-contoh bahasa yang murni, kefasihan yang mulia dan kebijaksanaan yang tinggi sehingga tiada seorang pun selain Ali yang dapat menghasilkan karya semacam itu, karena setelah Nabi Suci Saw, dialah orator terbesar, yang paling ahli tentang bahasa dan kesusastraan serta sumber kebijaksanaan terbesar dalam agama Islam. Dia filosof yang dari kata-katanya mengalir pengetahuan dan kebijaksanaan.

9. AI-Ustadz ’Abdul Wahhab Hammudah, ahli kesusastraan dan hadis serta guru besar Universitas Fuad I di Kairo, dalam tahun 1951, menulis, “Kitab Nahjul Balaghoh mengandung segala yang dapat dikatakan atau dituliskan para ulama besar, para guru besar etika, filosof, ilmuwan, ahli agama dan politisi. Kekuatan nasihat yang menakjubkan dan jalan yang luar biasa indah dalam menyajikan argumen serta kedalaman pandangan, membuktiKan bahwa Nahjul Balaghoh merupakan karya suatu pikiran super seperti pikiran Ali.”

10. Abdul Masih al-Antaki, editor majalah Kristen al-Amran, Mesir, dalam kitabnya yang terkenal Syarh al-Qosha’id al-Auliya’ menulis, “Tak dapat disangkal bahwa Imam adalah Imam dari para khotib dan orator, dan ia adalah guru dan pemimpin para penulis dan filosof. Ada kebenaran di dalam penegasannya bahwa ucapan-ucapannya lebih tinggi dari ucapan siapa pun dan hanya lebih rendah dari firman Alloh Yang Maha kuasa. Tiada diragukan bahwa dialah sumber penulis, pembicara, filosof, ulama dan penyair mengambil inspirasi, yang telah memperbaiki seni dan gaya bahasa mereka. Kumpulan karyanya dinamakan Nahjul Balaghoh, yang patut sering-sering dibaca.”

11. Fuad Afram Al-Bustani, guru besar dalam kesusastraan Arab pada perguruan tinggi Quades Yusuf di Beirut adalah seorang penganut Katolik Romawi. la telah mengumpulkan sebuah kitab yang berisi karya-karya pilihan dari para filosof, ilmuwan, ahli agama, dan esayis. la memulai bukunya dengan kata-kata berikut: “Saya hendak memulai karya saya ini dengan pilihan-pilihan dari Nahjul Balaghoh. Kitab itu merupakan karya seorang pemikir terbesar dunia….”

12. Polos Salamah, seorang moralis Kristen, penulis, penyair, di dalam bukunya yang ternama, Awal al-Malhamah al-’Arabiyah (Al-Naser Press, Beirut) mengatakan, “Kitab Nahjul Balaghoh yang terkenal merupakan karya yang membuat orang tersadarkan akan pemikiran-pemikiran besar Ali ibn Abi Tholib. Tiada kitab yang mengatasinya kecuali Qur’an. 


Di dalamnya anda akan mendapatkan mutiara pengetahuan terpenting dalam rantai-ranta indah, bunga-bunga bahasa yang membuat pikiran orang semerbak dengan bau harum dan menyenangkan tentang heroisme dan keluhuran, dan aliran bahasa murni yang lebih manis dan lebih sejuk dari sumber Kautsar, yang terus mengalir secara tetap dan menyegarkan pikiran pembaca.”

JAWABAN UNTUK MEREKA (golongan) YANG MENYUDUTKAN GOLONGAN SUFI

                                                                         
Syekh Abu Nashr as Sarroj rohimahulloh berkata: "Tak ada perselisihan di kalangan para imam, bahwa Alloh swt. telah menyebutkan dalam Kitab suci Nya tentang orang orang jujur, baik laki-laki maupun perempuan (ash-Shadiqin dan ash-Shadiqat), orang-orang yang merendah di hadapan Alloh (al-Qonitin dan al-Qonitat), orang-orang yang khusyu' (al-Khasyi'in), orang-orang yang sangat yakin (al-Muqinin), orang-orang yang ikhlas (al-Mukhlishin), orang-orang yang berbuat baik (al-Muhsinin), orang-orang yang takut akan siksa Alloh (al-Kho'ifin), orang-orang yang berharap rohmat Alloh (ar-Rajin), orang-orang yang takut (al-Wajilin), orang yang tekun beribadah (al-'Abidin), para pengembara (as-Saihin), orang-orang yang bersabar (ash-Shobirin), orang-orang yang ridha (ar-Radhin), orang-orang yang bertawakal (al-Mutawakkilin), orang-orang yang tawadhu' (al-Mukhbitin), para kekasih Alloh (al-Auliya), orang-orang yang bertakwa (al-Muttaqin), orang-orang pilihan (al-Mushthafin dan al-Mujtabin), orang-orang baik (al-Abrar) dan orang-orang yang dekat dengan Alloh (al-Muqarrabin).Alloh telah menyebutkan tentang orang-orang yang sanggup "menyaksikan" (musyahadah), sebagaimana Dia firmankan dalam al Qur'an:

إِنَّ فِي ذَلِكَ لَذِكْرَى لِمَنْ كَانَ لَهُ قَلْبٌ أَوْ أَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيد

"Sesungguhnya pada yang demikian itu, benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati, atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya (bukti-bukti itu)."


(Q.s. Qaf. 37).

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Sementara itu Alloh juga menyebutkan orang-orang yang thuma'ninah (tenang damai):"Ingatlah! hanya dengan mengingat Alloh hati menjadi tenteram." (Q.s. ar Ra'd: 28). 

إِنْ أَنْتَ إِلا نَذِيرٌ

"Kamu tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan."

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلا خَلا فِيهَا نَذِي

"Sesungguhnya, Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umatpun, melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan." 

وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

Alloh juga menyebutkan orang yang terdepan dalam mencari ridho Nya (as-Sabiqun), orang-orang yang tengah-tengah (al-Muqtashidun), dan orang yang bersegera dalam melakukan kebaikan. (Q.s. Fathir: 32).

Rosululloh saw. bersabda:"Ada di antara umatku orang-orang yang diajak bicara Tuhan (mukallamin) dan orang-orang yang dibisiki (muhaddatsin). Dan sesungguhnya Umar termasuk salah seorang dari mereka."
Sementara Hadis dan Atsar yang semisal sangatlah banyak.Dan tak perlu diperdebatkan, bahwa mereka adalah umat Muhammad saw.

Sebab jika mereka tidak termasuk dalam umat Muhammad, dan mustahil kemungkinan adanya di setiap zaman, tentu Alloh tidak akan menyebutkannya dalam al Qur'an dan Rosululloh saw. tidak akan menerangkannya dalam Hadis-hadis beliau.

Ketika kita perhatikan bahwa kata, "Iman" adalah mencakup seluruh orang mukmin. Kemudian di antara mereka memiliki nama dan ciri khusus, sehingga dengan demikian menunjukkan adanya kekhususan mereka dari orang orang mukmin secara umum.Sementara itu, tidak seorang pun dari para imam yang memperselisihkan, bahwa para nabi a.s. lebih tinggi derajatnya dari mereka, dan memiliki kedudukan yang lebih dekat dengan Alloh, meskipun mereka adalah manusia sebagaimana lazimnya manusia lain yang perlu makan dan minum.

Kekhususan ini terjadi pada para nabi dan orang-orang yang saya sebutkan, karena adanya suatu rahasia antara mereka dengan Dzat Yang mereka sembah (al-Ma'bud), dan karena kelebihan mereka dalam masalah keimanan dan keyakinannya, terhadap apa yang Alloh serukan.

Hanya saja para nabi memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh mereka (kaum Sufi) dengan adanya wahyu, risalah (kerosulan) dan tanda tanda kenabian. Dimana tidak seorang pun bisa menandinginya dalam hal itu.

Dan hanya Alloh Yang Maha tahu pada apa yang telah di tentukanNya .

=====================( oooOooo )========================

Makloon Jahit Bandung: Solusi Terbaik untuk Bisnis Fashionmu!

 Hello Sobat IDkonveksi! Apakah kamu memiliki bisnis fashion namun kesulitan dalam proses produksi? Apakah kamu membutuhkan bantuan untuk me...