Judul Kajian | Download Kajian | Play Kajian |
Tafsir Al Mishbah SURAT ASY-SYARH | 9.6 MB | |
Tafsir almishbah surat abasa | 9.7 MB | |
Tafsir almishbah surat al-fajr | 9.7 MB | |
Tafsir almishbah surat ath-thariq | 9.5 MB | |
Tafsir Almishbah SURAT AL-ALA | 9.7 MB | |
Tafsir almishbah surat al-alaq | 9.6 MB | |
Tafsir almishbah surat al-annas | 9.6 MB | |
Tafsir almishbah surat al-ashr | 4.9 MB | |
Tafsir almishbah surat al-balad | 9.4 MB | |
Tafsir AlMishbah SURAT AL-BAYYINAH | 9.5 MB | |
Tafsir almishbah surat al-buruj | 9.7 MB | |
Tafsir almishbah surat al-fil | 9.0 MB | |
Tafsir almishbah surat al-humazah | 9.5 MB | |
TAFSIR Almishbah SURAT AL-IKHLAS | 9.1 MB | |
Tafsir almishbah surat al-insyiqaq | 8.8 MB | |
Tafsir almishbah surat al-kautsar | 9.4 MB | |
Tafsir almishbah surat al-maun | 9.5 MB | |
Tafsir almishbah surat al-qadr | 9.6 MB | |
Tafsir almishbah surat al-qariah | 9.6 MB | |
Tafsir Almishbah SURAT AN-NASHR | 9.2 MB | |
Tafsir almishbah surat an-naziat | 10.0 MB | |
Tafsir almishbah surat at-takwir | 9.5 MB | |
Tafsir almishbah surat az-zalzalah | 9.4 MB | |
Tafsir almishbah surat tabbat | 9.5 MB |
Islam Itu Indah 7 ensklopedia islam - cermah - video - mp3 - tauhid - fiqih - sejarah - cerita nabi - dan seputar islam lainya .
Minggu, 23 September 2012
[MP3-DAKWAH] Koleksi Audio Ceramah Tafsir Al-Mishbah Oleh Ustadz Qurais Shihab
Kamis, 20 September 2012
Kesaksian Ombak
Ombak penyaksian bergulung-gulung,
Membawa cerita kesempurnaan,
Berulang-ulang ia bercerita,
Namun tiap kali ia menutup kalam,
Aku terlepas mana yang ujung, mana yang pangkal.
Mengapa ombak senantiasa berubah?
Ada kalanya ia bagaikan sang raja rimba,
Ngaumannya saja bisa membuat perindu hilang selera,
Ada kala ia bagaikan sang katak,
Bersembunyi di bawah tempurung,
Dengan harapan dia bisa terselamat jika langit mulai runtuh.
Perlukah aku merasa curiga dengan cerita ombak?
Yang tiada lain hanya menafikan dirinya sendiri..
Aku bukannya ombak.. Aku bukannya ombak.. kata sang ombak,
Bagai lulucon murahan,
Berbasa-basi dengan ketuhanan cahaya suci,
Yang bisa saja merangkai segala macam cerita,
Atau bisa juga mengiyakan cerita sang ombak,
Walau bagaikan menunggu kucing bertelur,
Masih lagi ombak mengulang-ulang cerita yang sama.
Para hakim di daratan telah memutuskan ombak tetap ombak,
Walau diwarnakan dengan barbagai warna sekalipun,
Walau disepuh dengan emas intan sekalipun,
Tetap ia ombak, tetap ia bergulung-gulung..
Tetap ia ombak Yang tak Nyata walau tampaknya Ada..
Ingin sekali aku mempercayai kata ombak,
Karena mimpi bersulam keindahan, ketulusan, dan kedamaian,
Hanya di situ mampu memberi aku segala-galanya,
Hanya di situ bisa aku tidur dlm lena,
Tanpa risau jika esok tiada lagi bagiku.
Wahai samudera raya,
Adakah kau mengiyakan kata-kata sang ombak,
Ataukah kau sebenarnya meniadakkannya,
Ataukah kau sebenarnya tidak ambil peduli ?
Samudera beransur surut takala mentari mulai beradu,
Ombak yang tadi tidak putus-putus memukul pantai,
Hilang entah kemana,
Dan kini aku faham,
Benarlah kata sang ombak,
Ia bukannya ombak..
Ia bukannya ombak..
Membawa cerita kesempurnaan,
Berulang-ulang ia bercerita,
Namun tiap kali ia menutup kalam,
Aku terlepas mana yang ujung, mana yang pangkal.
Mengapa ombak senantiasa berubah?
Ada kalanya ia bagaikan sang raja rimba,
Ngaumannya saja bisa membuat perindu hilang selera,
Ada kala ia bagaikan sang katak,
Bersembunyi di bawah tempurung,
Dengan harapan dia bisa terselamat jika langit mulai runtuh.
Perlukah aku merasa curiga dengan cerita ombak?
Yang tiada lain hanya menafikan dirinya sendiri..
Aku bukannya ombak.. Aku bukannya ombak.. kata sang ombak,
Bagai lulucon murahan,
Berbasa-basi dengan ketuhanan cahaya suci,
Yang bisa saja merangkai segala macam cerita,
Atau bisa juga mengiyakan cerita sang ombak,
Walau bagaikan menunggu kucing bertelur,
Masih lagi ombak mengulang-ulang cerita yang sama.
Para hakim di daratan telah memutuskan ombak tetap ombak,
Walau diwarnakan dengan barbagai warna sekalipun,
Walau disepuh dengan emas intan sekalipun,
Tetap ia ombak, tetap ia bergulung-gulung..
Tetap ia ombak Yang tak Nyata walau tampaknya Ada..
Ingin sekali aku mempercayai kata ombak,
Karena mimpi bersulam keindahan, ketulusan, dan kedamaian,
Hanya di situ mampu memberi aku segala-galanya,
Hanya di situ bisa aku tidur dlm lena,
Tanpa risau jika esok tiada lagi bagiku.
Wahai samudera raya,
Adakah kau mengiyakan kata-kata sang ombak,
Ataukah kau sebenarnya meniadakkannya,
Ataukah kau sebenarnya tidak ambil peduli ?
Samudera beransur surut takala mentari mulai beradu,
Ombak yang tadi tidak putus-putus memukul pantai,
Hilang entah kemana,
Dan kini aku faham,
Benarlah kata sang ombak,
Ia bukannya ombak..
Ia bukannya ombak..
Ia Hanyalah Bagian Daripada Sifat Gerak Air
Yang terlupa Dari Air jika Tak segera Kembali
SANG GEMBALA
Pada zaman Nabi Musa as dahulu, hidup seorang gembala yang bersemangat bebas. Ia tidak punya uang dan tidak punya keinginan untuk memilikinya. Yang ia miliki hanyalah hati yang lembut dan penuh keikhlasan; hati yang berdetak dengan kecintaan kepada Tuhan. Sepanjang hari ia menggembalakan ternaknya melewati lembah dan ladang melagukan jeritan hatinya kepada Tuhan yang dicintainya, “Duhai Pangeran tercinta, di manakah Engkau, supaya aku dapat persembahkan seluruh hidupku pada-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menghambakan diriku pada-Mu? Wahai Tuhan, untuk-Mu aku hidup dan bernafas. Karena berkat-Mu aku hidup. Aku ingin mengorbankan domba-Ku ke hadapan kemuliaan-Mu.”
Suatu hari, Nabi Musa as melewati padang gembalaan tersebut dalam perjalanannya menuju kota. Ia memperhatikan sang gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit.. Sang gembala menyapa Tuhan, “Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasut-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?”
Musa mendekati gembala itu dan bertanya, “Dengan siapa kamu berbicara?” Gembala menjawab, “Dengan Dia yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, bumi dan langit.” Musa as murka mendengar jawaban gembala itu, “Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!”
Sang gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang nabi. Ia bergetar ketakutan. Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan Musa as yang terus berkata, “Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa, sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil, yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak.
Tuhan Mahasempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!”
Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga tak mengerti mengapa Nabi yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh tapi ia tahu betul bahwa seorang Nabi pastilah lebih mengetahui dari siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya. Ia berkata kepada Musa, “Kau telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak ini aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya.” Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.
Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba Allah Yang Mahakuasa menegurnya, “Mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintainya? Kami telah mengutus engkau supaya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya.” Musa mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut.
Tuhan berfirman, “Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan daripadanya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat.
Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami, walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna.” Suara dari langit selanjutnya berkata, “Mereka yang terikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta. Dan umat yang beragama bukanlah umat yang mengikuti cinta. Karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri.” Tuhan kemudian mengajarkan Musa as rahasia cinta. Setelah Musa as memperoleh pelajaran itu, ia mengerti kesalahannya.
Sang Nabi pun merasa menderita penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari Musa as berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui gembala yang dicarinya. Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir-hampir Musa kehilangan harapan tetapi akhirnya Musa as berjumpa dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air.
Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama. Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat kepada sang Nabi. Musa as berkata, “Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku, bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih.
Karena apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia.” Sang gembala hanya menjawab sederhana, “Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya.
Aku tak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku.” Kemudian ia bangkit dan meninggalkan Musa as. Nabi Musa as menatap gembala itu sampai ia tak kelihatan lagi. Setelah itu Musa as kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.
Cerita di atas melukiskan kepada kita bahwa ada sekelompok orang yang mengambil cinta sebagai agamanya. Kalau seseorang telah meledakkan kecintaannya kepada Tuhan, dia tidak lagi dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah SWT. Di dalam cinta, kata-kata menjadi tidak punya makna.
Dari kisah ini juga kita belajar bahwa untuk dapat mendekati Allah swt, tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi atau ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan kita tentang syariat membutakan kita dari Tuhan. Tidak jarang ilmu menjadi hijab yang menghalangi kita dengan Allah SWT.
Kita akhiri kisah ini dengan sabda Nabi SAW, “Innallâha lâ yanzhuru illâ shuwarikum walakinallâha yanzhuru illâ qulûbikum. Ketahuilah, sesungguhnya Tuhan tidak memperhatikan bentuk-bentuk luar kamu. Yang Tuhan perhatikan adalah hati kamu.”
Suatu hari, Nabi Musa as melewati padang gembalaan tersebut dalam perjalanannya menuju kota. Ia memperhatikan sang gembala yang sedang duduk di tengah ternaknya dengan kepala yang mendongak ke langit.. Sang gembala menyapa Tuhan, “Ah, di manakah Engkau, supaya aku dapat menjahit baju-Mu, memperbaiki kasut-Mu, dan mempersiapkan ranjang-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat menyisir rambut-Mu dan mencium kaki-Mu? Di manakah Engkau, supaya aku dapat mengilapkan sepatu-Mu dan membawakan air susu untuk minuman-Mu?”
Musa mendekati gembala itu dan bertanya, “Dengan siapa kamu berbicara?” Gembala menjawab, “Dengan Dia yang telah menciptakan kita. Dengan Dia yang menjadi Tuhan yang menguasai siang dan malam, bumi dan langit.” Musa as murka mendengar jawaban gembala itu, “Betapa beraninya kamu bicara kepada Tuhan seperti itu! Apa yang kamu ucapkan adalah kekafiran. Kamu harus menyumbat mulutmu dengan kapas supaya kamu dapat mengendalikan lidahmu. Atau paling tidak, orang yang mendengarmu tidak menjadi marah dan tersinggung dengan kata-katamu yang telah meracuni seluruh angkasa ini. Kau harus berhenti bicara seperti itu sekarang juga karena nanti Tuhan akan menghukum seluruh penduduk bumi ini akibat dosa-dosamu!”
Sang gembala segera bangkit setelah mengetahui bahwa yang mengajaknya bicara adalah seorang nabi. Ia bergetar ketakutan. Dengan air mata yang mengalir membasahi pipinya, ia mendengarkan Musa as yang terus berkata, “Apakah Tuhan adalah seorang manusia biasa, sehingga Ia harus memakai sepatu dan alas kaki? Apakah Tuhan seorang anak kecil, yang memerlukan susu supaya Ia tumbuh besar? Tentu saja tidak.
Tuhan Mahasempurna di dalam diri-Nya. Tuhan tidak memerlukan siapa pun. Dengan berbicara kepada Tuhan seperti yang telah engkau lakukan, engkau bukan saja telah merendahkan dirimu, tapi kau juga merendahkan seluruh ciptaan Tuhan. Kau tidak lain dari seorang penghujat agama. Ayo, pergi dan minta maaf, kalau kau masih memiliki otak yang sehat!”
Gembala yang sederhana itu tidak mengerti bahwa apa yang dia sampaikan kepada Tuhan adalah kata-kata yang kasar. Dia juga tak mengerti mengapa Nabi yang mulia telah memanggilnya sebagai seorang musuh tapi ia tahu betul bahwa seorang Nabi pastilah lebih mengetahui dari siapa pun. Ia hampir tak dapat menahan tangisannya. Ia berkata kepada Musa, “Kau telah menyalakan api di dalam jiwaku. Sejak ini aku berjanji akan menutup mulutku untuk selamanya.” Dengan keluhan yang panjang, ia berangkat meninggalkan ternaknya menuju padang pasir.
Dengan perasaan bahagia karena telah meluruskan jiwa yang tersesat, Nabi Musa as melanjutkan perjalanannya menuju kota. Tiba-tiba Allah Yang Mahakuasa menegurnya, “Mengapa engkau berdiri di antara Kami dengan kekasih Kami yang setia? Mengapa engkau pisahkan pecinta dari yang dicintainya? Kami telah mengutus engkau supaya engkau dapat menggabungkan kekasih dengan kekasihnya, bukan memisahkan ikatan di antaranya.” Musa mendengarkan kata-kata langit itu dengan penuh kerendahan dan rasa takut.
Tuhan berfirman, “Kami tidak menciptakan dunia supaya Kami memperoleh keuntungan daripadanya. Seluruh makhluk diciptakan untuk kepentingan makhluk itu sendiri. Kami tidak memerlukan pujian atau sanjungan. Kami tidak memerlukan ibadah atau pengabdian. Orang-orang yang beribadah itulah yang mengambil keuntungan dari ibadah yang mereka lakukan. Ingatlah bahwa di dalam cinta, kata-kata hanyalah bungkus luar yang tidak memiliki makna apa-apa. Kami tidak memperhatikan keindahan kata-kata atau komposisi kalimat.
Yang Kami perhatikan adalah lubuk hati yang paling dalam dari orang itu. Dengan cara itulah Kami mengetahui ketulusan makhluk Kami, walaupun kata-kata mereka bukan kata-kata yang indah. Buat mereka yang dibakar dengan api cinta, kata-kata tidak mempunyai makna.” Suara dari langit selanjutnya berkata, “Mereka yang terikat dengan basa-basi bukanlah mereka yang terikat dengan cinta. Dan umat yang beragama bukanlah umat yang mengikuti cinta. Karena cinta tidak mempunyai agama selain kekasihnya sendiri.” Tuhan kemudian mengajarkan Musa as rahasia cinta. Setelah Musa as memperoleh pelajaran itu, ia mengerti kesalahannya.
Sang Nabi pun merasa menderita penyesalan yang luar biasa. Dengan segera, ia berlari mencari gembala itu untuk meminta maaf. Berhari-hari Musa as berkelana di padang rumput dan gurun pasir, menanyakan orang-orang apakah mereka mengetahui gembala yang dicarinya. Setiap orang yang ditanyainya menunjuk arah yang berbeda. Hampir-hampir Musa kehilangan harapan tetapi akhirnya Musa as berjumpa dengan gembala itu. Ia tengah duduk di dekat mata air.
Pakaiannya compang-camping, rambutnya kusut masai. Ia berada di tengah tafakur yang dalam sehingga ia tidak memperhatikan Musa yang telah menunggunya cukup lama. Akhirnya, gembala itu mengangkat kepalanya dan melihat kepada sang Nabi. Musa as berkata, “Aku punya pesan penting untukmu. Tuhan telah berfirman kepadaku, bahwa tidak diperlukan kata-kata yang indah bila kita ingin berbicara kepada-Nya. Kamu bebas berbicara kepada-Nya dengan cara apa pun yang kamu sukai, dengan kata-kata apa pun yang kamu pilih.
Karena apa yang aku duga sebagai kekafiranmu ternyata adalah ungkapan dari keimanan dan kecintaan yang menyelamatkan dunia.” Sang gembala hanya menjawab sederhana, “Aku sudah melewati tahap kata-kata dan kalimat. Hatiku sekarang dipenuhi dengan kehadiran-Nya.
Aku tak dapat menjelaskan keadaanku padamu dan kata-kata pun tak dapat melukiskan pengalaman ruhani yang ada dalam hatiku.” Kemudian ia bangkit dan meninggalkan Musa as. Nabi Musa as menatap gembala itu sampai ia tak kelihatan lagi. Setelah itu Musa as kembali berjalan ke kota terdekat, merenungkan pelajaran berharga yang didapatnya dari seorang gembala sederhana yang tidak berpendidikan.
Cerita di atas melukiskan kepada kita bahwa ada sekelompok orang yang mengambil cinta sebagai agamanya. Kalau seseorang telah meledakkan kecintaannya kepada Tuhan, dia tidak lagi dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk melukiskan seluruh kecintaannya kepada Allah SWT. Di dalam cinta, kata-kata menjadi tidak punya makna.
Dari kisah ini juga kita belajar bahwa untuk dapat mendekati Allah swt, tidak diperlukan kecerdasan yang tinggi atau ilmu yang sangat mendalam. Salah satu cara utama untuk mendekati Tuhan adalah hati yang bersih dan tulus. Tidak jarang pengetahuan kita tentang syariat membutakan kita dari Tuhan. Tidak jarang ilmu menjadi hijab yang menghalangi kita dengan Allah SWT.
Kita akhiri kisah ini dengan sabda Nabi SAW, “Innallâha lâ yanzhuru illâ shuwarikum walakinallâha yanzhuru illâ qulûbikum. Ketahuilah, sesungguhnya Tuhan tidak memperhatikan bentuk-bentuk luar kamu. Yang Tuhan perhatikan adalah hati kamu.”
Rabu, 19 September 2012
[MP3-QURAN] Koleksi Murottal Muhammad Thaha Al-Junaid
[MP3-DAKWAH]
Koleksi Audio Murottal Muhammad Thaha Al-Junaid

Judul Kajian | Download Kajian | Play Kajian |
1 Al Fatihah | 1.0 MB | |
2 Al Baqarah - 255 (Ayat Kursi) | 791.2 KB | |
12 Yusuf | 1.6 MB | |
46 Al Ahqaf | 8.6 MB | |
47 Muhammad | 7.4 MB | |
48 Al Fath | 7.2 MB | |
49 Al Hujurat | 5.2 MB | |
50 Qaf | 5.1 MB | |
51 Az Zariyat | 7.0 MB | |
52 At Tur | 5.7 MB | |
53 An Najm | 6.2 MB | |
54 Al Qamar | 6.4 MB | |
55 Ar Rahman | 8.3 MB | |
56 Al Waqiah | 9.0 MB | |
57 Al Hadid | 7.3 MB | |
67 Al Mulk | 4.5 MB | |
68 Al Qalam | 8.8 MB | |
69 Al Haqqah | 7.3 MB | |
70 Al Maarij | 5.8 MB | |
71 Nuh | 5.7 MB | |
72 Al Jin | 6.7 MB | |
73 Al Muzammil | 5.5 MB | |
74 Al Muddatstsir | 6.4 MB | |
75 Al Qiyamah | 3.8 MB | |
76 Al Insan | 6.9 MB | |
77 Al Mursalat | 5.6 MB | |
78 An Naba | 5.0 MB | |
79 An Naziat | 4.5 MB | |
80 Abasa | 3.6 MB | |
81 At Takwir | 2.8 MB | |
82 Al Infitar | 2.2 MB | |
83 Al Mutaffifin | 4.7 MB | |
84 Al Insyiqaq | 2.4 MB | |
85 Al Buruj | 2.5 MB | |
86 At Tariq | 1.4 MB | |
87 Al A'la | 1.6 MB | |
88 Al Ghasiyah | 2.0 MB | |
89 Al Fajr | 3.3 MB | |
90 Al Balad | 1.8 MB | |
91 Asy Syams | 1.7 MB | |
92 Al Lail | 2.1 MB | |
93 Adh Dhuha | 1.1 MB | |
94 Al Insyirah | 803.6 KB | |
95 At Tin | 1.1 MB | |
96 Al Alaq | 1.8 MB | |
97 Al Qadr | 791.4 KB | |
98 Al Bayyinah | 2.4 MB | |
99 Az Zalzalah | 1.0 MB | |
100 Al Adiyat | 1.2 MB | |
101 Al Qariah | 1.1 MB | |
102 At Takatsur | 914.6 KB | |
103 Al Ashr | 512.6 KB | |
104 Al Humazah | 949.3 KB | |
105 Al Fil | 759.9 KB | |
106 Quraisy | 688.5 KB | |
107 Al Maun | 892.6 KB | |
108 Al Kautsar | 442.0 KB | |
109 Al Kafirun | 915.0 KB | |
110 An Nasr | 576.7 KB | |
111 Al Lahab | 657.5 KB | |
112 Al Ikhlas | 392.2 KB | |
113 Al Falaq | 619.9 KB | |
114 An Nas | 779.9 KB | |
Azan | 2.3 MB |
Selasa, 18 September 2012
Download Gratis Novel Surat Kecil Untuk Tuhan
Novel Surat Kecil Untuk Tuhan ini menceritakan tentang sebuah kisah nyata tentang seorang anak yang bernama gitta sesa wanda cantika mantan artis cilik era tahun 1998an.. gadis cantik itu masih berusia 13 tahun yang divonis oleh dokter mengalami kanker yang sangat ganas yang hampir membuat seluruh wajahnya hampir nampak seperti monster. dokter mengvonis gitta akan mati dalam waktu 5 hari bila tidak melakukan operasi. tapi orang tuanya tidak tega buat melihat separuh wajah dari putrinya harus hilang ataupun berubah karena operasi. dan orang tua gita lebih memilih agar gita tidak di operasi karena akan dapat membuat wajah anaknya rusah....
Download File Nya di sini
Download File Nya di sini
Minggu, 16 September 2012
cara instalasi windows 2003 server dan ubuntu 9.04 server
1. Cara Instalasi Windows 2003 Server
Tabel dibawah ini merupakan spesifikasi hardware minimum yang dibutuhkan untuk menginstall Windows Server 2003.
Bila spesifikasi hardware tersebut telah dipenuhi, maka kita siap menginstall sistem operasi ini :Settinglah BIOS anda agar pertama kali booting ke CDRom, setelah itu masukkan CD Windows Server 2003.Setelah itu akan muncul tampilan seperti ini :
Gambar di atas merupakan suatu pernyataan perjanjian, tekan tombol F8 bila kita telah selesai membaca atau menyetujui isi perjanjian tersebut.
Berikutnya kita akan memilih partisi untuk menjadi tempat file sistem dari WindowsServer 2003.
2. Cara Install Ubuntu 9.04 Server
Langkah pertama adalah untuk memasukkan CD Ubuntu Server (saya menggunakan 9,04) ke mesin dan boot. Layar pertama yang akan Anda lihat adalah layar bahasa, Pada bagian bahasa Anda hanya menggunakan tombol atas dan bawah untuk bermigrasi melalui berbagai bahasa tersedia dan, ketika Anda tanah pada bahasa yang benar, klik tombol enter.
Langkah selanjutnya (lihat Gambar 2) memberi Anda beberapa tindakan yang berbeda untuk mengambil.
Di sini Anda dapat memulai instalasi dengan memilih "Install Ubuntu Server" atau Anda dapat memeriksa disk, uji memori pada komputer Anda, bypass instalasi dan mulai dari hard drive Anda, atau menggunakan disk ini sebagai rescue disk.
Silakan pilih "Install Ubuntu Server" dan klik tombol Enter.
Untuk selengkapnya tentang cara instalasi windows 2003 server dan ubuntu 9.04 server anda bisa download filen dokumen_Nya di sini
Download Filenya
Langganan:
Postingan (Atom)
Makloon Jahit Bandung: Solusi Terbaik untuk Bisnis Fashionmu!
Hello Sobat IDkonveksi! Apakah kamu memiliki bisnis fashion namun kesulitan dalam proses produksi? Apakah kamu membutuhkan bantuan untuk me...
-
Pengertian Mandi menurut Bahasa ialah mengalirnya air atas sesuatu perkara Secara Mutlak. sedangkan menurut pengertian Syara' Mandi ial...
-
Jenis Kain Katun Berkualitas makloon Jahit bandung Bahan katun punya kedudukan posisi yang memadai tinggi sebagai bahan baku pembuatan teks...
-
Al-qur'an merupakan perkataan allah SWT yang diucapkan melalui perantara para malaikatnya kepada nabi muhammad SAW, karena itu al-qur...